Fluktuasi harga ini diharapkan tidak menyurutkan para pengrajin tahu dan tempe untuk dapat tetap memproduksi agar masyarakat tetap dapat memenuhi kebutuhan proteinnya dengan baik.
Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan Oke Nurwan berharap, pelaku usaha tetap tenang.
Baca Juga : Ikuti Webinar Kebebasan Pers dan Kode Etik Jurnalistik Bersama INBISNIS
"Fluktuasi harga kedelai dunia disebabkan komoditas kedelai asal Amerika Serikat yang masih belum memasuki masa panen. Sehingga, berdampak pada naiknya harga kedelai saat ini," kata Oke.
Harga kedelai berdasarkan tren harga yang dikutip dari Chicago Board of Trade (CBOT) pada minggu keempat Juli 2021 sebesar USD 14,33/bushels (Rp 8.924/kg), naik 5,4 persen daripada bulan sebelumnya yaitu USD 13,60/bushels (Rp 8.526/kg).
Dampak kenaikan ini menurut Oke akan terasa pada bulan depan. Diharapkan para pengrajin diharapkan mendapatkan harga kedelai yang wajar dan terjangkau. Di kota-kota besar, saat ini harga kedelai konstan di angka Rp. 10.000/kg.
"Kami memastikan ketersediaan stok kedelai dapat terus memenuhi keperluan industri tahu dan tempe. Untuk itu, kami menghimbau kepada pelaku usaha kedelai dan para pengrajin agar jangan khawatir dan tetap menjalankan kegiatan usahanya agar masyarakat dapat menikmati tahu dan tempe sebagai salah satu sumber protein dengan harga yang terjangkau," pungkas Oke.
(PTW/Redaksi)