Menjadi pintu gerbang utama menuju Taman Nasional Komodo, membuat Labuan Bajo menjadi salah satu tujuan wisata kelas dunia. Apalagi, semenjak penetapan Pulau Komodo yang menjadi bagian dari tujuh keajaiban dunia, semakin menarik wisatawan untuk datang berkunjung.
Namun, pandemi covid1-19 yang melanda dunia di awal tahun 2020 membuat aktivitas wisata di Labuan Bajo turun secara drastis, Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Manggarai Barat, Agustinus Rinus menjelaskan bahwa penurunan angka wisatawan di Labuan Bajo akibat pandemi covid-19 cukup signifikan.
"Data kunjungan wisatawan di tahun 2020 itu menurun cukup signifikan dibanding tahun 2019. Data kunjungan di tahun 2019 itu ada 187.128 wisatawan, yang didominasi 56 persen wisatawan mancanegara. Dan di tahun 2020 ini hanya ada 36.848 wisatawan saja. Penurunan wisatawan mancanegara mencapai 89 persen dan untuk wisatawan nusantara turun 69 persen," papar Agustinus kepada INBISNIS pada Selasa (19/1).
Meski aktivitas wisata di Labuan Bajo menurun drastis, namun pembangunan penataan kota Labuan Bajo tetap berjalan selama pandemi. Ini dibuktikan dengan perubahan wajah kota Labuan Bajo yang semakin hari semakin cantik. Mulai dari penataan pedestrian kelas premium di sepanjang jalan utama kota Labuan Bajo, penataan puncak waringin yang kini mirip seperti kota-kota di Eropa, penataan wisata Batu Cermin, dermaga wisata, hingga Pulau Rinca yang disebut-sebut akan menjadi wisata super mahal.
Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Manggarai Barat, Agustinus Rinus. Dok: Inbisnis.id
"Kami ingin, bagaimana pembangunan ini bisa membawa dampak untuk masyarakat Manggarai Barat, karena pariwisata yang sedang dibangun secara masif oleh pemerintah ini belum bisa membawa dampak yang signifikan. Berdasarkan Produk Domestik Bruto (PDB) Manggarat Barat 2020, itu berada pada 3,4 triliun, dengan PDB per kapitanya hanya 12,6 juta, artinya 12,6 juta kalo dibagi 365 hari rata-rata pendapatan per kapita orang Manggarai Barat itu hanya 34.000 per hari, artinya ternyata pariwisata yang dibangun secara masif ini belum memberikan dampak yang signifikan bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat Manggarai Barat, ini menjadi tantangan," pungkas Agustinus.
Selanjutnya, Agustinus Rinus menjelaskan, bahwa 60 persen dari 274.000 Masyarakat Manggarai Barat hanya memiliki ijasah Sekolah Dasar (SD), tentu ini sangat tidak sesuai dengan titel premium yang dilabelkan untuk Labuan Bajo.
"Mampukah orang-orang ini bersaing dengan destinasi super premium, maka dengan demikian pemerintah pusat dan daerah dapat berkomitmen memberi pelatihan bagi masyakakat Manggarai Barat, agar jangan jadi penonton di negeri sendiri," papar Agustinus.
Beberapa strategi yang dilakukan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Manggarai Barat untuk melibatkan masyarakat lokal dalam menunjang wisata Labuan Bajo ialah dengan membentuk desa-desa wisata yang didampingi oleh Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM). Hal tersebut dikarenakan, rencana pemerintah daerah perlahan-lahan menyerahkan seluruh pengelolaan aktivitas kepariwisataan itu kepada desa melalui bumdes.
"Kita ingin keterlibatan masyarakat secara penuh dalam pembangunan pariwisata ini secara baik, karena ternyata masyarakat Manggarai Barat masih menjadikan sebagai objek dari pembangunan pariwisata itu sendiri, sehingga dengan pendekatan desa wisata ini perlahan-lahan kita menyiapkan masyarakat ini secara baik, juga menyiapkan destinasinya. Sekarang ada dua yang tengah dipersiapkan yakni Desa Wisata Batu Cermin, dan Desa Wisata Cunca Wulang" tuturnya.
Terakhir, Agustinus Rinus berharap bahwa dengan keikutsertaan masyarakat Manggarai Barat yang memiliki hospitality tinggi dalam melayani seorang tamu di sektor pariwisata, bisa membawa kesejahteraan dan peningkatan hidup yang signifikan.
"Saya optimis dengan semangat masyarakat dalam keikutsertaan, saya mengatakan pada mereka orang Manggarai dengan hospitality-nya sangat tinggi untuk melayani seorang tamu, orang Manggarai akan beri yang terbaik, ini menjadi filosofi kita, bagaimana memberi ruang yang cukup pada mereka, masyarakat Manggarai luar biasa.
"kami sangat berterimakasih pada pemerintah pusat, ini menjadi tantangan terberat bagi daerah, saat pembangunan bertaraf internasional secara masif dibangun di sini, tapi basis masyarakat kita adalah petani dan ini jadi pekerjaan berat, bagaimana mendekatkan hubungan Labuan bajo dengan masyarakat di desa, sehingga pemerintah harus ada analisis, bagaimana mendekatkan antara petani dengan Labuan Bajo yang kian modern."
"Harapan saya, pandemi ini segera berakhir, ativitas wisata kembali bangkit, kita berharap pariwisata yang dibangun secara masif dan berdampak signifikan bagi masyarakat manggarai sendiri. Pelaku wisata harus memprioritaskan orang Manggarai untuk terlibat, agar bisa membawa kesejahteraan." tutup Agustinus Rinus.
Reporter: Dewi/Yudha/Brema
Penulis: Brina
Editor: Brina