"Saya kira ini sangat bagus, karena jumlah pengusaha di Indonesia masih di angka 3,47 persen. Padahal untuk menjadi negara maju dibutuhkan minimum 4 persen pengusaha," kata Teten dalam keterangan pers, Selasa (17/8).
Teten menyampaikan, Indonesia memiliki potensi untuk menjadi negara maju jika banyak pengusaha muda bermunculan. "Karena sekarang persentase jumlah pengusaha bisa menjadi indikator sebuah Negara dikatakan maju atau tidak," lanjut dia.
Teten mengatakan, pemerintah sedang membentuk anak muda untuk menjadi pengusaha tangguh dan mampu bersaing di pasar dalam maupun luar negeri. Hal ini ditunjukkan dengan adanya rencana menyusun peraturan presiden mengenai kewirausahaan.
"Masa depan UKM Indonesia terletak di tangan anak muda yang terdidik. Produk yang harus dipikirkan anak muda yang ingin menjadi pengusaha yaitu produk yang berbasis kreativitas dan teknologi," ujar Teten.
Selain itu, Teten menyinggung perubahan begitu cepat dan terus bergerak seiring dengan kemajuan teknologi. Bahkan persaingan antarnegara menitikberatkan pada kreativitas dan inovasi.
"Maka anak-anak muda harus memiliki sikap kepemimpinan terbuka terhadap peubahan," ucapnya.
UMKM merupakan tulang punggung ekonomi nasional, dibuktikan dengan 99,9 persen pelaku usaha adalah UMKM. Pandemi dan digitalisasi juga berpengaruh besar terhadap UMKM.
Teten mengakui daya konsumsi masyarakat yang terbatas menyebabkan omzet UMKM menurun, bahkan beberapa gulung tikar. Menurutnya, UMKM dapat terus tumbuh bila adaptif terhadap segala jenis perubahan dan inovasi produk sesuai permintaan pasar.
"Indonesia memiliki dua komponen utama untuk tumbuh yaitu sumberdaya manusia dan sumber daya alam," pungkasnya.
(PTW/Redaksi)