“Waktu awal musim panen Mei dan Juni lalu saya jual umbi porang masih Rp 10.000/kg. Sekarang sudah turun jadi Rp 7.000/kg,” ujar Dudung Abdurahman (45), petani porang, warga Dusun Walahir Desa Jelegong Kecamatan Cidolog Ciamis, dilansir Tribun Jabar, Minggu (5/9).
Dengan kebun seluas 4.200 meter persegi di dusun tersebut, Dudung menyebut hasil panen pada bulan Mei dan Juni telah mencapai 2,5 ton umbi porang.
"Semua saya jual dalam bentuk umbi mentah. Ada penampung dari ciamis yang datang langsung ke Jelegong. Kebetulan saya menjualnya saat harga lagi bagus, masih Rp 10.000/kg. Tetapi sekarang harga porang sudah turun jadi Rp 7.000/kg," kata dia.
Meski harga porang turun jadi hanya Rp 7.000/kg, menurut Dudung, petani masih untung besar.
“Jangankan harga Rp 7.000/kg. Dengan harga Rp 5.000/kg saja, petani masih untung. Waktu panen kemarin, ada umbi yang beratnya sampai 5 kg. Itu satu umbi,” ujar Dudung yang juga Kepala Desa Jelegong Cidolog tersebut.
Setelah menikmati hasil panen porang yang menjanjikan, pada musim tanam Agustus – September ini, Dudung sudah memperluas kebun porang dari semula 4.200 meter jadi 1 hektar.
“Musim kemarin saya nanam porang hanya 4.200 meter. Sekarang ada tambahan lahan ditanam porang. Totalnya sekitar 1 hektar, di lahan pribadi dan lahan sewa dari keluarga,” katanya.
Taufan, seorang petani porang dari Blok Purut Dusun Cikatomas Desa Handapherang Ciamis menyebutkan, saat ini petani masih menikmati keuntungan di kisaran 30 % sampai 50%.
“Keuntungannya masih cukup besar, di kisaran 30% sampai 50%,” katanya.
Untuk memperoleh keuntungan yang lebih besar, katanya petani bisa memilih mengolah umbi porang jadi chips. Umbi porang mentah diiris-iris kemudian dijemur sampai kering untuk dijual ke pabrik.
(PTW/Redaksi)