“Saya kira ini akan menjadi makanan yang sehat untuk kedepannya. Ini juga dapat menjadi pengganti beras yang lebih sehat keran kadar gulanya sangat rendah,” kata Jokowi beberapa waktu lalu.
Saat ini, banyak masyarakat yang berminat untuk bertani porang. Sebelum memulai, berikut penjelasan terkait porang yang diinginkan industri atau pabrik agar setelah panen tidak kesulitan saat menjual porang.
Pada dasarnya, porang yang baik adalah porang yang dapat menghasilkan glukomanan dengan kualitas baik juga. Sebab, glukomanan inilah yang nantinya akan diolah menjadi berbagai jenis produk olahan.
Praktisi Budidaya dan Hilirisasi Porang dari CV Sanindo Putra, Abimanyu, mengatakan bahwa salah satu faktor penting yang mempengaruhi kualitas porang adalah proses panennya.
Saat ini, banyak petani yang terlalu dini memanen porang sehingga membuat kualitasnya jadi menurun.
Umbi porang yang siap panen adalah yang sudah tidak terbalut oleh akar. Sebab, umbi porang yang masih terbalut oleh akar artinya umbinya masih bereproduksi sehingga kandungan glukomanannya jadi tidak optimal.
“Selagi masih ada akar yang banyak di umbi-umbi tersebut jangan dulu dipanen, karena itu masih proses pembentukan serat sekalipun sudah keluar tunas,” kata Abimanyu dalam diskusi daring yang diadakan Ditjen Pertanian, dikutip kumparan, Kamis (9/9).
Sementara itu, Akademisi Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya, Anny Yanuariati menjelaskan, kualitas umbi porang memang mempengaruhi kualitas glukomanan yang akan dihasilkan. Umur panen, merupakan salah satu faktor paling penting dalam menentukan kualitas umbi porang dan waktu terbaik untuk memanen adalah saat masa dorman atau masa istirahat yang ditandai dengan daun porang yang layu sehingga tampak mati total.
Sebagai informasi, tanaman porang hanya mengalami pertumbuhan selama 5 hingga 6 bulan setiap tahunnya pada musim penghujan. Di luar waktu itulah tanaman porang akan beristirahat atau mengalami masa dorman yang biasanya jatuh pada bulan April sampai Juli.
(PTW/Redaksi)