Dengan menggunakan Alat Tenun Bukan Mesin, bagi Yovita, menghasilkan beragam kain tenun untuk keperluan adat Manggarai. Beberapa jenis kerajinan tangan yang dihasilkan diantaranya tas topi songke, selendang, sarung, baju dan jas.
Bagi perajin Kain tenun songke ini, dia memproduksi berbagai macam olahan kain songe yang diolah dan kemudian dijahit menjadi baju, tas, kain sarung, jas dan selendang. Kain tenun songke ini dijual dengan harga bervariasi mulai dari harga, 50 ribu, ratusan ribu, hingga jutaan Rupiah, tergantung dengan tingkat kesulitan dan motifnya.
"Kain Songke yang saya tenun selama ini biasanya dijadikan selendang, sarung, serta bahan dasar untuk baju serta jas," ujar Yovita saat diwawancarai wartawan INBISNIS.ID, pada, Minggu (23/01).
Tenunan yang dihasilkan, terdapat berbagai macam corak atau motif dengan sarat makna, dan merupakan warisan turun temurun leluhur budaya orang Manggarai. Adapun motif tersebut diantaranya motif ranggong (laba-laba), motif Ntala (Bintang), motif Wela Kawu (bunga kapuk) serta motif lain dengan makna yang berbeda.
Dijelaskannya, beberapa karya yang dihasilkan selama ini seperti tas songke, selendang, jas telah berhasil dijual.
"Saya tunggu pesanan, baru bisa buat, seperti selendang, jas, baju, kain sarung dan topi. Untuk harga jual seperti tas, selendang, perkisaran Rp.75.000, sedangkan kain sarung songket dan jas Rp.400.00 sampai dengan harga Rp.700.000," tuturnya.
Menurut dia, sebenarnya lebih bagus membuat pakaian pada tukang jahit, karena ukurannya pasti pas, dan modelnya juga bisa dibentuk sesuai keinginan. Namun ditengah situasi pandemi kini usaha yang dilakukan pemesan semakin berkurang.
( Hendratias Iren / FF )