Rangkuman Kabar Domestik
1. Kabar Baik, Harga Minyak Goreng Mau Turun Lagi!
Kementerian Perdagangan mengumumkan bahwa Harga Eceran Tertinggi (HET) minyak goreng curah akan sebesar Rp11.500 per liter mulai 1 Februari. Keputusan ini tertuang di dalam Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) Nomor 6 Tahun 2022 tentang Penetapan HET Minyak Goreng Sawit.
Selain itu, pemerintah juga mematok HET minyak goreng kemasan sederhana sebesar Rp13.500 dan minyak goreng kemasan premium sebesar Rp14.000. HET yang berlaku sudah termasuk pajak pertambahan nilai (PPN).
Apa Implikasinya?
Lonjakan harga minyak berkontribusi besar terhadap inflasi nasional beberapa bulan terakhir. Jika kebijakan yang diterapkan efektif menurunkan harga minyak dan menahan harga tetap stabil di tengah lonjakan harga crude palm oil (CPO) global, tentu akan berimplikasi positif terhadap daya beli masyarakat.
Nah, daya beli masyarakat yang membaik tentu akan berimplikasi ke pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini.
2. RI Buka Pintu Kedatangan Internasional di Bali
Pemerintah kembali membuka pintu kedatangan internasional di Bandara Ngurah Rai, Bali. Mulai 8 Februari 2022, Pelaku Perjalanan Luar Negeri (PPLN) non Pekerja Migran Indonesia (PMI) dapat masuk ke wilayah Indonesia dan meramaikan pariwisata Bali.
Berdasarkan data rencana penerbangan internasional per 27 Januari 2022, tiga maskapai telah mengajukan rute internasional secara resmi dan memperoleh izin untuk mendarat di Bali. Penerbangan tersebut yakni Garuda Indonesia rute Narita (Jepang) - Bali pada 2 Februari 2022, Singapore Airlines tujuan Singapura - Bali pada 16 Februari 2022, dan Batik Air tujuan Bali - Singapura.
Kendati demikian, para pelancong mancanegara tetap diwajibkan menjalani karantina sesuai dengan kebijakan pemerintah. Mereka bisa mengisolasi diri di lima hotel dengan kapasitas 447 kamar dan enam kapal tersertifikasi Cleanliness (Kebersihan), Health (Kesehatan), Safety (Keamanan), dan Environment Sustainability (Kelestarian Lingkungan) atau CHSE dari Kemenparenkraf.
Apa Implikasinya?
Terbukanya pintu kedatangan turis mancanegara dapat membantu perekonomian Bali untuk bangkit lewat sektor unggulannya yakni pariwisata. Kembali bergeliatnya sektor pariwisata pun diharapkan bisa mendatangkan pundi-pundi devisa bagi negara.
Namun, langkah ini cukup riskan untuk diambil di tengah melonjaknya penularan covid-19 akibat varian baru omicron. Lonjakan kasus yang tidak terkendali selalu berakibat fatal bagi perekonomian.
Rangkuman Kabar Mancanegara
1. PMI China Kontraksi Gegara Lockdown.
Biro Statistik Nasional China merilis data Purchasing Managers Indeks (PMI) bulan Januari yang berada di level 50,1, susut tipis dari Desember yakni 50,3. Sementara itu, PMI non manufaktur bertengger di level 51,1.
Lesunya data manufakur China disebabkan oleh langkah pemerintah negara tersebut yang kembali memberlakukan kebijakan lockdown untuk menekan penularan COVID-19, termasuk di Provinsi Xian dan Beijing yang merupakan pusat manufaktur China.
Apa Implikasinya?
Kontraksi yang didorong oleh melemahnya kinerja sektor manufaktur di China memiliki efek berlanjut yang negatif, mengingat manufaktur merupakan tulang punggung perekonomian China.
Terlebih, negara tirai bambu tersebut memiliki ukuran ekonomi yang besar, sehingga perlambatan ekonomi di China dapat memengaruhi perekonomian global terutama negara rekan dagangnya seperti Indonesia.
2. JP Morgan Mengatakan Dolar AS Bakal tetap Perkasa.
JP Morgan memprediksi penguatan dolar Amerika Serikat dapat terus berlanjut setelah bank sentral AS The Fed mulai menaikkan bunga acuannya.
Direktur Eksekutif Strategi Forex Global JP Morgan, Daniel Hui, menguraikan bahwa saat ini pasar masih berada pada fase mencari kesetimbangan harga. Sehingga, ada potensi bahwa The Fed akan sangat agresif dan membuat nilai dolar AS punya ruang untuk reli.
Pasca wawancara dengan Ketua The Fed Jerome Powell, pasar berekspektasi kenaikan bunga acuan The Fed dapat terjadi hingga lima kali tahun ini. Bahkan, The Fed tidak akan segan menaikkan bunga acuan 50 basis points (bps) Maret nanti jika memang diperlukan. Akibatnya, dolar bakal makin perkasa dan berprospek cerah hingga beberapa bulan mendatang.
Apa Implikasinya?
Perkasanya nilai tukar dolar AS berimplikasi positif bagi rekan dagang AS, termasuk Indonesia yang memiliki neraca dagang positif dengan AS. Namun, penguatan ini meningkatkan risiko pada utang pemerintah dan kenaikan harga barang impor.
Sumber : pluang.com
( FERY FADLY )