Muhammad Sidik, salah satu pelaku UMKM yang bergerak dibidang kuliner yakni penjual jajanan sempol, mengungkapkan bahwa kenaikan harga minyak goreng sampai menyentuh Rp. 39.000-40.000/2 liter sangat memberatkan dirinya.
“Sangat memberatkan, karena untuk goreng-goreng sempol saya pakai minyak kan,” terang Pak De Sidik sapaan akrabnya saat ditemui di lokasi jualanya, di pasar Kreneng, Denpasar, Sabtu (12/02).
Lanjutnya, Muhammad Sidik mengutrakan bahwa, ketika harga minyak goreng mengalami kenaikan, dirinyapun tidak langsung menaikan harga sempol yang dijual. Hal ini untuk menghindari pembeli yang kabur. Alhasil keuntungan yang diperolehpun harus menipis dan berkurang.
“Waktu harga minyak goreng tinggi, ya terpaksa saya beli, kalau tidak beli saya tidak jualan. Biar mahal tetap beli. Tapi saya juga tidak ngurangi sempolnya,” ungkapnya.
Namun untuk sekarang, turunya harga minyak goreng menjadi angin segar bagi Pak De Sidik. Hal inipun berdampak pada penghasilnya yang kembali normal seperti sebelum-sebelumnya. Ini dikarenakan dalam sehari, dirinya memerlukan hampir 1,5 liter minyak goreng untuk menjalankan usahanya.
“Jadi saya cukup senang karena harga minyak sudah turun. Sekarang itu sekitar Rp.28.000/2 liter, kalau yang 1 liter itu sekitar 14.000/liter,” terang Pak de Sidik.
Diketahui, Pak De Sidik, sudah menjalankan usaha berjualan sempol ini selama dua tahun. Satu tusuk sempol dijual dengan harga Rp.1000. Selain berjualan sempol, iya juga menjual pentol cilok dan tahun kering.
( I Wayan Agus Pebriana / FF )