Penghasilan dari berbisnis barbershop tidak selalu tetap atau mengalami fluktuasi tergantung jumlah pelanggan. Intinya bahwa berbisnis barbershop di kampung bisa hasilkan untung. Itu prinsipnya.
Dedy Amanmeker, pria millennial dari Desa Leubatang, Kecamatan Omesuri, Kabupaten Lembata telah membuktikannya. Setelah tamat dari Universitas Stimart Amni Semarang (2018), ia pulang ke kampung untuk melanjutkan karya lain di luar gedung sekolah.
Namun, karena belum memperoleh pekerjaan tetap, ia mengambil keputusan untuk membuka pekerjaan sendiri yakni barbershop, sebuah pekerjaan seni memangkas rambut yang kini diminati banyak pelanggan. Usaha ini belum berumur setahun, tetapi penghasilannya lumayan untuk memenuhi kebutuhan dapur.
“Kadang satu hari saya bisa dapat sampai tiga ratus ribu kalau pelanggan banyak. Biasanya menjelang hari raya keagamaan,” ungkapnya ketika dihubungi INBISNIS.ID, Sabtu (13/11).
Lebih lanjut, Dedy menjelaskan, pekerjaan sebagai pemangkas rambut sudah lama ia geluti semasa mencari ilmu di tanah Jawa. Selain menimbah ilmu di kampus, ia juga mencari ilmu memangkas rambut di luar kampus.
Berkat keuletan dan kerja keras dalam belajar memangkas rambut, ia akhirnya tertarik untuk membeli mesin pemangkas rambut sendiri. Kemudian mesin tersebut, ia pakai untuk memangkas rambut orang-orang di kampungnya, di desa Leubatang.
Awal mula, ia bertandang dari rumah ke rumah untuk memenuhi kebutuhan pelanggan. Namun, dalam perjalanan waktu, ia mendirikan ruangan khusus untuk barbershop. Tempatnya sangat strategis, tepat di pinggir jalan raya, di desa Leubatang.
Saat ini, ia bekerja sendiri tetapi dalam perencanaannya, ke depan, ia akan serahkan barbershop kepada adiknya jika ia sudah memiliki pekerjaan lain. “Saya sementara melatih ade saya untuk belajar memangkas dan ia sudah cukup mahir. Ke depan kalau memang saya ada pekerjaan lain, mungkin tempat ini ade yang akan kelolah,” sambungnya.
Hingga saat ini, penghasilan terbesar yang diperoleh Dedy, selama sebulan bisa sampai satu juta lebih masuk dua juta. Sementara itu, pelanggannya, bukan hanya di dalam kampung melainkan banyak juga yang berasal dari luar kampung bahkan dari kecamatan lain, misalnya dari Bareng, Kecamatan Buyasuri.
Ia merasa bahagia dengan pekerjaan ini karena menurutnya, lebih bebas, tidak mendapat tekanan atau perintah dari orang lain. Itulah salah satu karakter generasi milenial zaman now. Sosok Dedy, seorang milenial dari sudut kampung di Kabupaten Lembata menjadi inspirator untuk banyak orang.
Sejatinya, menjadi diri sendiri adalah kerinduan setiap insan. Namun, untuk mewujudkan impian itu, seringkali mendapat banyak hambatan. Ayo belajar pada Dedy untuk menjadi diri sendiri dengan tetap kreatif dan produktif.
(Antonius Rian/Redaksi)