Hackathon Yowana Subak sendiri merupakan kompetisi untuk memecahkan masalah pertanian Bali.
Acara ini diselenggarakan selama dua bulan, agustus hingga september 2021. Rangkaian acara mulai dari online class, pendampingan hackathon, dan ditutup dengan pitch deck (presentasi ide) dari 10 finalis hackathon yang diselenggarakan pada hari Jumat (10/9).
Dalam kegiatan ini, tim GMNI Denpasar diwakili oleh I Putu Edi Swastawan, I Kadek Wira Pradana, dan I Gede Pandi Eka Yasa.
Perwakilan tim GMNI Denpasar, I Putu Edi Swastawan memaparkan bahwa pitch deck timnya merancang sistem Agrosilvopostura untuk memecahkan masalah alih fungsi lahan agroforestry kopi subak abian di Kintamani.
"Masalah alih fungsi lahan agroforestry kopi sangat krusial dan harus dicarikan solusi, karena itu adalah daerah tangkapan air. Kelestarian subak abian sebagai daerah tangkapan air sangat berpengaruh terhadap keberlanjutan air di Bali" ujar Edi yang juga menjabat sebagai Wakabid Buruh Tani dan Nelayan DPC GMNI Denpasar itu.
Ia menambahkan bahwa masalah itu hanya bisa dipecahkan bila pendapatan petani agroforestry kopi ditingkatkan, agar petani tidak melakukan alih komoditas.
"Pendapatan petani harus ditingkatkan. Kami merancang wahana percontohan sistem agrosilvopostura. Sistem itu menciptakan ekosistem saling menguntungkan antara tanaman kopi, jeruk, kelor, bunga seroni rambat, dan lebah. Hal itu harus dibarengi intervensi supply chain kopi agar bisa menyasar segmentasi pasar kopi premium" tambah Edi.
Selain GMNI, Hackathon Yowana Subak juga memilih tim Tri Canakya sebagai juara dua, tim Sustainable Agriculture sebagai harapan I, Tim Bertaeman sebagai harapan II, dan harapan III diraih tim Bramasa.
(PTW/Redaksi)