Andi Aslam Siri yang mengadakan,"Mappettuada" (prosesi lamaran menpelai pria kepada calon mempelai wanita) di lantai 20 Hotel Aston Makassar (19/12), ia mengakui mendapatkan izin untuk 150 orang tamu undangan yang boleh hadir.
Namun dalam pantauan INBISNIS.ID, pihak hotel tidak terlalu ketat seperti prokes tahun lalu, hanya mengukur suhu tubuh mengunakan thermometer alat yang digunakan untuk mengukur suhu (temperatur), pengukuran suhu di pintu masuk pun tidak terlalu ketat. Sementara aplikasi PeduliLindungi tidak lagi diperiksa oleh Petugas yang berjaga di depan pintu masuk.
Tamu pun tidak lagi diberi tanda jaga jarak, dan untuk jamuan makan dalam acara lamaran ini, di suguhin secara presmanan.
Hal serupa sama halnya dengan 2 Mall besar di Makassar dari pantauan jurnalis INBISNIS.ID bahkan Barcode PeduliLindungi tidak lagi diperiksa, namun hanya suhu tubuh.
Di Trans Studio Tanjung, Kota Makassar sangat susah mendapatkan kursi untuk makan ataupun sekedar minum, sebab cafe dan resto yang terdapat di lantai dasar padat dan sesak para pengunjung.
Bahkan tempat ibadah Masjid saat melaksanakan shalat Jumat, Khotib yang sekaligus merangkap sebagai Imam, menganjurkan kalau (SHAF) atau barisan dalam shalat berjamaah, dirapatkan sebagai syarat sempurnahnya shalat dan mengutarakan jika Covid sudah tidak ada. Masjid Al Fadli RS Islam Faisal justru sudah kembali memasang karpet.
Pejabat di Dinas Kesehatan Kota Makassar membantah kalau pihaknya abai dalam prokes, Seraya mengakui jika pegawai pun sejak bulan lalu semua sudah berkantor.
Sudah dua tahun mereka menerapkan PSBB lalu PPKM dan berkantor di rumah.
Upaya dan kerja keras tim Satgas Covid-19 akan sia-sia apabila Prokes dan kelalaiyan masyarakat yang tidak lagi mau mematuhi prokes kesehatan covid-19. Bagaimana bisa mencapai target vaksinasi minimal 70% akhir tahun ini apabila kepedulian masyarakat tidak ada lagi.
Bahkan setiap RT dan RW di seluruh Kota Makassar telah dinstruksi melakukan vaksinasi dengan bekerja sama dengan Puskesmas atau RS terdekat agar mencapai target vaksinasi akhir tahun ini.
Dr H Andi Iriani Ridwan SpTHT sebagai Ketua Tim Recovery Makassar, aktif melakukan tracing dan testing. Tim Hunter Pemkot Makassar bekerja dengan cara menjemput bola, paparnya.
Prof Dr Moh Najib Boestam.MPH, selaku Epidemiolog "jangan sampai kita kecolongan variant baru Omicron, satgas Covid-19 harus segera bersinergi dengan MUI, bagaimana pun kalau Ulama menghimbau umat, mudah mereka menerima.
Lanjutnya, di Makassar misalnya ada IMMIM yang mengkoordinir Masjid-masjid dan mengatur penghotbah Jumat, dan ini salah satu upaya yang cukup efektif jikakalau mereka mengingatkan Khotib untuk tetap melakukan prokes 5 M". himbau Najib.
Alumni salah satu PT Amerika ini juga, prihatin dengan libur 9 hari siswa dan siswi SD sampai SMP. Mereka tentu akan berkumpul-kumpul lagi, karena lingkungannya akan abai dalam implementasi protokol kesehatan. Padahal dengan sekolah tatap muka tiga hari seminggu, dan terbagi dua shift ini salah satu cara membatasi mereka sering berkumpul.
Mantan Dekan FKM.UH ini menghimbau, "Walikota Makassar harus belajar mencontoh Gubernur DKI Jakarta Anis Baswedan yang melarang adanya perayaan Natal dan Tahun Baru. Malah hal ini tidaklah sensitif karena untuk kepentingan kita bersama biar kita benar-benar terbebas dari wabah Covid-19, sebab umat Islam juga pernah dilarang Shalat Iid.
Kalau melakukan Kebaktian atau ibadah, pihak Gereja lebih mudah karena tinggal mengosongkan satu deretan kursi untuk menjaga jarak. Namun pesta Tahun Baru harus betul-betul dilarang termasuk acara di Hotel". tegasnya. "Hanya keledai yang jatuh pada lobang yang sama". Sindirnya.
Dr Niar sebagai DPJP di RSIF Makassar mengakui, acuh tak acuh masyarakat sudah tidak peduli lagi dengan Wabah Covid-19 karena di memorinya telah terkontaminasi bahwa test PCR hanyalah bisnis, setelah MBM TEMPO mengungkap ada Pejabat terlibat.
Dan Ia sependapat dengan Prof Najib Boestam agar MUI segera dilibatkan kembali.
(A Rivai Pakki/Redaksi/FF)