Hasil pantauan INBISNIS,ID pada Senin (31/1) malam sejak pukul 20.00 WIT, umat Khong Hu Cu di Kota Ternate, Maluku Utara menggelar sembahyang dengan khusyuk di Kelenteng Suri Agung yang berlokasi di Kelurahan Gamalama, Ternate Tengah.
Guru Agama (Whensi) Martin, kepada awak media mengatakan, perayaan tahun ini dilakukan secara sederhana seperti tahun sebelumnya, karena masih dalam suasana pandemi Covid-19. Apalagi varian Omicron sudah mulai naik penyebarannya di Indonesia.
Lebih jauh disampaikan Martin baghwa Imlek kali ini mengangkat tema “Bahwa Seorang Susilawa atau Seorang Budiman Hidup Menempuh Jalan Suci” sedangkan “Orang yang Tidak Beriman yakni Hidup Menentang Jalan Suci”.
“Saya bisa mengatakan, jika orang yang beriman, hidup itu sesuai dengan ajaran agama, melaksanakannya, tetapi sebaliknya yang tidak beriman mereka tidak melaksanakan malah melanggarnya,” tutur Martin.
Kesederhanaan dalam hidup, seperti halnya peringatan Tahun Baru Imlek 2572 Kongzili tahun lalu, memang telah menjadi urat nadi kehidupan sosial komunitas Tionghoa sejak Taoisme menyebar dan dianut oleh kebanyakan orang Tionghoa. Berkumpul bersama keluarga di masa pandemi dalam memeringati Imlek harus dipandang sebuah harmonisasi antar anggota keluarga sebagai bagian terkecil dari semesta raya.
“Meskipun diperingati secara sederhana, Tahun Baru Imlek 2573 ini bagi siapa saja merupakan momentum yang tepat untuk merenungi kembali kehidupan dan bagaimana masyarakat Tionghoa dapat mengembalikan kembali nilai-nilai warisan leluhur mereka agar membumi dalam kehidupan”, terang Martin.
Martin berharap semoga di tahun baru Imlek kali ini toleransi umat beragama semakin bertambah dan tetap saling menghormati dan menghargai antar umat beragama.
“Semoga di tahun baru imlek ini, rasa toleransi kita semakin bertambah dan moderasi agama semakin berjalan. Kalau kita saling menghargai, menghormati sudah jelas hal-hal yang tidak kita inginkan bersama pasti tidak akan terjadi," pungkas Martin.
(Anto Hoda/Redaksi)