Dilansir laman Direktorat SMP Kemendikbudristek, Minggu (2/5), INBISNIS merangkum sejarah, pemikiran dan perjuangan Ki Hajar Dewantara.
Ki Hajar merupakan putra bangsawan Puro Pakualam Yogyakarta dari pasangan ayah Kanjeng Pangeran Ario Suryaningrat dan ibu Raden Ayu Sandiah
Lahir dari keluarga bangsawan, tidak membuat ia mengacuhkan masa depan generasi bangsa. Ki Hajar muda memandang politik Hindia-Belanda sangat diskriminatif terhadap kaum bumiputera. Sehingga ia terus berupaya memperjuangkan hak-hak kesetaraan kaum bumiputera dan kaum penjajah.
PENDIDIKAN
Karena berasal dari keluarga bangsawan, Suwardi Suryaningrat berhak menyengam pendidikan di Europeesche Lagere School (ELS), sekolah dasar Belanda.
Kemudian, ia ditawari menjadi mahasiswa School tot Opleiding Van Indische Artsen (STOVIA) atau Sekolah Dokter Jawa di Jakarta.
Setelah sempat bersekolah di STOVIA pada 1905-1910, Suwardi tidak naik kelas karena sakit dan beasiswanya dicabut.
Namun, terdapat sinyal bahwa pencabutan beasiswa tidak murni karena sakit, tetapi juga ada muatan politis dari pemerintah Hindia-Belanda.
MENJADI JURNALIS DENGAN KRITIKAN PEDAS
Gagal menjadi dokter, Suwardi Suryaningrat memilih untuk menjadi seorang jurnalis dan bergabung bersama berbagai organisasi pergerakan nasional seperti Boedi Oetomo, Sarekat Islam dan Indische Partij.
Di Indische Partij, ia memiliki rekan seperjuangan Dr. Ernestc Francois Eugene Douwes Dekker dan dr. Cipto Mangunkusumo. Ketiganya dijuluki Tiga Serangkai.
Salah satu kritikan Suwardi pada masa itu adalah penentangan terhadap perayaan 100 tahun kemerdekaan Belanda di Indonesia.
Menurutnya, penjajah tidak sepatutnya merayakan kemerdekaan di tanah jajahannya, bahkan dibiayai rakyat pribumi.
Ia menulis protes melalui risalah yang berjudul "Als ik eens Nederlander was" (Andai aku seorang Belanda) pada juli 1913. Risalah yang dicetak 5.000 eksemplar ini membuat pemerintah Hindia-Belanda naik pitam.
TAMAN SISWA
Tiga Serangkai sempat diasingkan ke Belanda. Di sana Suwardi bertahan hidup menjadi jurnalis untuk surat kabar dan majalah Belanda.
Berkat pengaruh Tiga Serangkai, maka penghimpunan mahasiswa Indonesia di Belanda yang tergabung dalam "Indische Vereeniging" semakin menonjolkan semangat kebangsaan dan kemerdekaan dan berani mengubah namanya menjadi "Perhimpunan Indonesia".
Setelah kembali ke Indonesia, Suwardi dan kawan-kawannya mendirikan "National Onderwijs Instituut Taman Siswa" di Yogyakarta pada 3 Juli 1922 dengan membuka sekolah mulai dari taman kanak-kanak hingga pendidikan menengah atas.
Dengan berdirinya Taman Siswa, Suwardi Suryaningrat telah berhasil mendirikan lembaga pendidikan yang meletakkan dasar-dasar pendidikan sekaligus dasar-dasar sistem pendidikan Tanah Air.
NAMA KI HAJAR DEWANTARA
Murut Ki Utomo Darmadi, Ki Hadjar artinya pendidik, Dewan artinya utusan dan Tara artinya tak tertandingi. Sehingga Ki Hajar Dewantara artinya Bapak Pendidik Utusan Rakyat yang Tak Tertandingi Menghadapi Kolonoalisme.
AKHIR PERJUANGAN
Setelah 37 tahun memimpin Perguruan Nasional Taman Siswa, Ki Hajar Dewantara tutup usia pada 26 April 1959 di Padepokan Ki Hajar Dewantara dan disemayamkan di Pendopo Agung Taman Siswa Yogyakarta.
Beliau mewariskan sistem pendidikan dan semangat juang untuk anak-anak bangsa dalam menempuh pendidikan yang layak.
Beberapa semboyannya dipakai oleh negara seperti Tut Wuri Handayani yang menjadi semboyan pendidikan dan logo Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
(Wirawan)