Pulau ini tidak sembarang dapat didatangi karena disakralkan oleh masyarakat setempat. Terdapat sebuah aturan adat bahwa jika ada orang yang menaiki perahu dan melewati pulau ini, kecepatan perahu harus dikurangi sehingga gelombang air laut tetap tenang.
Selain itu, orang yang datang juga dilarang untuk berkata kasar dan kotor.
Pulau yang juga disebut sebagai Pulau Putri ini memiliki tebing bercelah yang menjadi makam. Ditemukan beberapa tengkorak manusia dan dayung perahu.
Baca Juga : Misteri Pendakian Gunung Kerinci
"Mitos yang dipercaya oleh masyarakat Teluk Berau, makam Pulau Putri adalah makan putri duyung," kata Hari Suroto, seorang peneliti dari Balai Arkeolog Papua, dikutip Kumparan, Jumat (9/7).
Dulunya, masyarakat setempat menemukan banyak tulang manusia pada celah tebing tersebut. Namun, hanya tulang putri duyung yang dikumpulkan dan kemudian dibuatkan makam.
Secara ilmiah duyung disebut dengan dugong yang merupakan mamalia laut pemakan tumbuhan lamun. Perairan Teluk Berau memiliki padang lamun yang menjadi habitat dugong.
Baca Juga : Jatuh Cinta Pada Orang yang Sudah Punya Pasangan, Harus Bagaimana?
Kepala dugong hampir mirip dengan manusia karena memiliki rahang atas dan bawah.
Dugong dikenal sebagai hewan yang ramah pada manusia. Dalam beberapa kejadian, dugong menyelamatkan nelayan yang tenggelam karena kecelakaan perahu.
Berdasarkan hal tersebut, mitos yang dipercaya masyarakat Teluk Berau, dugong dikenal sebagai jelmaan manusia dan suka menolong nelayan sehingga masyarakat tidak melakukan perburuan pada dugong.
Masyarakat setempat percaya, dayung perahu, tengkorak manusia dan makam Putri Duyung di Pulau Ota menjadi peringatan agar nelayan yang melaut di Teluk Berau dapat lebih berhati-hati.
(PTW/Redaksi)