Pebulutangkis 24 tahun ini didakwa melakukan taruhan untuk laga badminton yang difasilitasi oleh Hendra Tandjaya (HT).
Dikutip Kumparan.com Mia mengakui bahwa ada uang hasil kesepakatan dengan Hendra. Namun, dirinya mengira itu uang saku untuk selama mengikuti kejuaraan. Mia juga tidak mengetahui bahwa uang tersebut berasal dari hasil perjudian yang dilakukan oleh Hendra.
"Saya [sempat] berdebat dengan Hendra di tengah lapangan. Saya tidak mau retired tapi Hendra sebagai ofisial meminta ke wasit agar pertandingan dihentikan dengan menyebut saya tidak mungkin melanjutkan pertandingan karena cedera. Padahal, saya tidak cedera," dia menjelaskan pada Senin (11/1) seperti dikutip Kumparan.com.
Berdasarkan hukuman yang diterima, Mia dijatuhi hukuman larangan terlibat dalam aktivitas badminton selama 10 tahun. Dia juga mesti membayar denda uang sebesar Rp140 juta.
Dikutip ilmupedia.co.id, match fixing atau pengaturan skor terkadang disebut juga manipulasi pertandingan atau match manipulation yang berarti menghapus atau mengatur ketidakpastian hasil suatu pertandingan, atau dengan kata lain hasil pertandingan sudah dapat ditentukan.
Ada banyak alasan mengapa match fixing terjadi, dan pada umumnya karena alasan perjudian dan keuntungan finansial berupa uang atau barang mewah merupakan salah satu dorongan daripada pelaku untuk menjalankan sebuah manipulasi pertandingan.
Match fixing berlatar belakang judi ini termasuk yang mudah ditebak. Bukti berupa transfer uang dari rekening penjudi ke rekening pemain dan ofisial wasit akan mudah ditemukan.
Begitu juga bukti berupa rekaman percakapan telepon, SMS, atau kontak-kontak lain akan bisa menjadi bahan tuntutan dari federasi untuk menghukum siapa saja yang terlibat.
(Brina)