Solusi yang digagas bernama Aglonesco (Eagle Clone Pest Control) menggunakan studi literatur dan hasil uji perilaku hama.
Aglonesco merupakan tiruan burung elang, suara elang, dan suara ultrasonik yang berfungsi untuk mengusir hama burung, suara ultrasonic dan suara kucing yang berfungsi untuk mengusir hama tikus.
Otak dari program Aglonesco tersebut merupakan tim Mahasiswa UM, Zumrotul 'Aliyah (S1 Pendidikan Fisika 2020), Muhammad Sultan Daffa (S1 Pendidikan Teknik Otomotif 2019), Muhammad Irfan Ramadhan (S1 Pendidikan Teknik Mesin 2019), Ahmada (S1 Pendidikan Teknik Otomotif 2020), dan Ira Choirotuz Zawaidah (S1 Fisika 2020).
Para petani banyak yang mengeluhkan berkurangnya hasil panen padi dari biasanya, hal itu disebabkan oleh hama tikus dan burung yang menyerang tanaman padi. Tim UM kemudian melakukan survei lapangan menuju Kelompok Tani Sri Rejeki pada awal Agustus lalu.
Ketua Kelompok Tani Sri Rejeki Nunu Hendra mengungkapkan masalah yang sering menjadi hambatan dalam panen menyebabkan penurunan signifikan pada musim ini.
“Panen padi pada musim kali ini mengalami penurunan, yaa sekitar 20 persen,” kata Nunu, dikutip pikiran rakyat, Jumat (17/9).
Selain itu Nunu juga menyebutkan beberapa cara acara tradisional para petani untuk bertahan dengan perangkap tikus, racun tikus, orang-orangan sawah, jaring, dan penggunaan tali yang mengkilap.
Hasil implementasi terbukti bahwa Aglonesco mampu mengatasi permasalahan dengan mengusir hama tikus dan burung pengganggu padi. Dengan sistem Aglonesco yang bekerja dari daya solar panel yang disimpan di baterai, pengusiran hama dapat dilakukan secara otomatis. Petani tak lagi menunggu padinya dari serangan hama burung.
(PTW/Redaksi)