Kepala Disporapar Balikpapan Doortje Sorta Susani Marpaung menyatakan pihak pengelola juga dapat merekrut para pelaku ekonomi kreatif dalam pengembangan wilayah, seperti bidang kuliner, souvenir, desain grafis hingga desain area agar lebih menarik
“Karena aset itu (Bukit Kebo) bukan milik pemerintah, kami tidak bisa berbuat banyak secara fisik. Peran kami adalah sebagai pembina dan yang bisa memberi masukan dari sudut pariwisata kelayakan untuk dikunjungi,” ujarnya, dilansir Bisnis.com, Selasa (10/8).
KLIK DI SINI UNTUK BERLIBUR BERSAMA LABAHO
Berdasarkan data Kemenparekraf pada tahun 2016, jumlah usaha ekraf di Kalimantan Timur mencapai 92.489 badan usaha, dimana subsektor ekraf kuliner mencatat angka tertinggi yaitu 76 persen, disusul fesyen sebesar 14,15 persen dan sebanyak 7,03 persen.
Adapun, Kota Balikpapan memiliki sebaran tertinggi yaitu mencapai 53,85 persen, Kota Samarinda 28,67 persen dan Kabupaten Kutai Kartanegara 6,64 persen.
Doortje menambahkan, pihaknya akan siap memfasilitasi pengelola terkait masalah perizinan usaha pariwisata terkait pengelolaan yang lebih baik dan visioner.
“Kami berharap pengelola lebih ready. Nanti kan mungkin akan ada (mengurus) perizinan usaha pariwisata di DPMPTSP (Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu) Balikpapan, kita akan membantu sebagai tim verifikasi,” kata dia.
Sementara itu, Seber Kombong, selaku pemilik sekaligus pengelola Bukit Kebo menjelaskan saat ini pihaknya belum mempersiapkan apapun terkait fasilitas dan sebagainya.
“Spontanitas saja (viral) jadi kita enggak persiapan apa pun. Ini kan kalau saya lihat tadi memang agak susah gitu, ya karena jalan (akses) apa segala macam nah itu kurang,” pungkasnya.
(PTW/Redaksi)