Tim Peneliti Balai Arkeologi Papua, Zubair Mas’ud berujar bahwa di Wilayah Teluk Wondama, dapat dijumpai jejak purba masa prasejarah dengan gambar cadas di Pulau Roon dan Rumberpon.
Wujudnya menggambarkan bentuk ikan, kadal, kura-kura, serta goresan bercak merah yang diyakini sebagai darah ular yang berada di tanjung Yenimberei, Inurikiyari, Rumberpon.
Menurut penuturan masyarakat, dibalik gambar cadas tersebut ada cerita rakyatnya, Klementin Fairyo, Ketua Tim Peneliti Balai Arkeologi Papua menuturkan bahwa Menurut cerita pada situs gambar Cadas Inurikiyari, tebing situs Inuriki Yari memiliki cerita yang berkembang di masyarakat setempat.
Dapat diketahui bahwa kata Inuri yang berarti “Menggosoknya”. Sehingga Inuriki Yari merupakan sebuah cerita rakyat masyarakat adat wamesa yang mendiami pulau Rumberpon.
Menurut cerita Inuri adalah sebuah ular besar yang datang dari pulau Roon dan mendiami tanjung Yenimberei. Inuri sering berubah-ubah wujud kadang menjadi ular tetapi juga bisa menjadi manusia biasa (manusia normal).
Di kala itu di tanjung Yenimberei dihuni oleh dua orang gadis beradik kakak. Kedua orang gadis tersebut dikawini oleh Inuri, pada saat Inuri bersama dengan yang kakak maka wujudnya berubah menjadi manusia normal, tetapi ketika Inuri bersama dengan yang adik wujudnya selalu menjadi ular sehingga sering ditakuti sama gadis tersebut. Dalam kehidupan mereka kedua gadis tersebut membenci Inuri karena wujudnya yang menjadi ular.
Kehidupan mereka selalu bergantung dengan alam sekitar, baik di laut maupun di darat.
Pada suatu ketika dua orang gadis tersebut mengambil Bia (Kerang Kima) untuk bahan makanan, lalu pada saat mereka makan, Inuri bertanya kepada mereka: “Ini Apa?” lalu jawab mereka: “ini bia”.
Selanjutnya Inuri berbicara kepada mereka berdua, katanya: “Wah bia ini enak, bagaimana kalau kita ambil lagi”. Lalu mereka pergi ke laut untuk mencari bia.
Sesudah di laut mereka menemukan bia (Kerang Kima) besar lalu kedua gadis tersebut menyuruh Inuri untuk menyelam ke dasar laut membawa kerang kima tersebut dan Inuri menuruti kata mereka sehingga menyelam, namun pada saat sampai ke bawah untuk memegang kerang tersebut, kerang kima berontak dan tidak bisa terangkat sehingga Inuri mentotok kerang kima itu, lalu kerang kima itu menjepit kepala Inuri, dan Inuri kaget karena kesakitan dijepit oleh kerang kima.
Akhirnya Inuri lari ke daratan tanjung Yenimberei dan mengebas badannya serta menggosok-gosoknya di dinding batu tebing sehingga di pinggiran tebing terdapat bekas guratan gesekan badan Inuri memanjang di tanjung dan bercak darahnya yang keluar itu menempel pada dinding tebing batu tersebut di tanjung Yenimberei.
Oleh karena itu masyarakat setempat percaya terkait bentuk tebing yang berbentuk lekukan dan terdapat warna merah tersebar di mana-mana dan masih terdapat jejaknya di tempat tersebut.
(Amatus Rahakbauw/SBN)