"Modal pertama saya saat membuka usaha budidaya jamur tiram Rp 25 ribu," kata Taofik.
Dari modal Rp25 ribu tersebut pada tiga bulan pertama Taofik berhasil memperoleh keuntungan Rp 12 juta.
"Saya tidak punya modal besar untuk membuka usaha budidaya jamur tiram, untuk menambah modal ikut bekerja serabutan dan upah kerja tersebut saya kumpulkan untuk membeli peralatan," tambahnya.
Ia mengaku memulai membuka usaha budidaya jamur tiram pada bulan Agustus 2020 lalu saat kondisi perekonomian sedang sulit karena pandemi Covid-19.
"Setiap tahapan dan proses pembudidayaan jamur tiram saya berdua dengan istri," ungkapnya.
Sejak pertama memproduksi jamur tiram Taofik mengaku beberapa kali mengalami kegagalan, dari kegagalan tersebut dia mulai menemukan cara yang baik.
"Saya ini seorang pengangguran yang tidak memiliki pekerjaan, maka saya memiliki niat yang kokoh agar budidaya jamur tiram menjadi pekerjaan yang menghasilkan," terang dia.
Untuk proses pembudidayaan jamur tiram tidak rumit, penjualannya pun juga tergolong laris karena bisa dijual langsung ke konsumen atau ke pengepul.
"Harga jamur tiram per kilogram di pasaran saat ini kisaran Rp 10 ribu sampai Rp 12 ribu, jamur cokelat Rp 15 ribu sampai Rp 18 ribu dan kalau jamur kancing Rp 10 ribu sampai Rp 40 ribu," ujar dia.
Perbedaan harga jamur tersebut karena bentuk, volume jamur, dan media tanam tumbuh jamurnya juga berbeda.
"Hampir setiap hari saya keliling mendistribusikan jamur tiram karena banyak permintaan," sambung Taofik.
Taofik berpesan, kesulitan ekonomi dampak pandemi Covid-19 jangan dijadikan alasan untuk tidak produktif.
"Mari gali potensi yang dimiliki diri kita masing-masing agar kondisi pandemi Covid-19 tidak menjadi keterpurukan ekonomi," pungkasnya.
(PTW/Redaksi)