"Apalagi jika dilihat, sejauh ini budidaya porang sangat menjanjikan,” tuturnya, Sabtu (11/9).
Herman menjelaskan, Banyuasin adalah satu dari tiga wilayah kabupaten atau kota yang didorong pemerintah daerah untuk membudidayakan tanaman porang yang kini sangat diminati pasar global. Adapun tiga wilayah lainnya adalah Ogan Ilir, Muara Enim, dan Prabumulih.
Saat ini, kata Herman, sudah banyak petani yang mau menanam porang karena memang prospeknya sangat baik ke depan. Minat besar dari petani untuk membudidayakan porang salah satunya karena potensi keuntungan besar yang didapat.
Ketua Asosiasi Petani Porang Sumatera Selatan, Rabik, menyebutkan, dengan nilai penjualan bisa tiga kali lipat dari modal, tak sedikit yang akhirnya berminat terjun menangani tanaman porang.
“Harga jual porang Rp 6.000 per kilogram, sementara modal diperkirakan hanya Rp 2.000 per kilogram. Dengan selisih harga ini maka berpotensi menambah pendapatan petani,” kata dia.
Apalagi Sumatera Selatan masih punya peluang yang besar untuk pertanian porang. Sebab, baru 100 hektare luas wilayah yang digunakan untuk budidaya porang dengan jumlah petani sekitar 35 orang.
Porang dapat diolah menjadi panganan pengganti beras, yakni bahan baku tepung, kosmetik, penjernih air, dan bahan untuk pembuatan lem atau jelly karena umbi porang banyak mengandung glukomanan berbentuk tepung.
Glukomanan merupakan serat alami yang larut dalam air biasa digunakan sebagai bahan tambahan pangan, dan sebagai emulsifier atau pengental, bahkan dapat digunakan sebagai bahan pembuatan lem ramah lingkungan dan pembuatan komponen pesawat terbang.
Sementara itu, Kepala Bidang Pengelolaan Pemasaran Hasil Perkebunan Dinas Perkebunan Sumatera Selatan, Rudi Arpian, mengatakan, petani karet dapat memanfaatkan tanaman ini di sela-sela tanamannya karena harga umbi porang terbilang mahal meski dapat dipanen setelah dua tahun.
Ia menambahkan, proses penanaman porang ini pun tidak sulit.
"Tidak membutuhkan biaya yang tinggi dan lahan yang luas, berbeda dengan sawit, karet dan buah kelapa,” kata dia.
Selama ini Sumatera Selatan baru mengirimkan porang ke dalam negeri, khususnya ke Pulau Jawa, padahal Indonesia sudah mengekspor komoditas tersebut ke 22 negara. Tanaman porang tengah digandrungi masyarakat global khususnya Asia Pasifik dan Eropa dan bernilai ekonomi tinggi.
(PTW/Redaksi)