Namun dampak tersebut tidak terasa bagi seorang penjual air galon keliling yang kini menekuni ternak unggas salah satunya ayam broiler yang berada di tambangan kecamatan mijen Semarang.
Sriyono (45) sapaan selama pandemi membuka usaha jualan galon keliling dan sembako di dalam rumah. Meskipun penghasilan nya lumayan, tapi tidak mengubah Sriyono untuk tetap menambah penghasilan dengan beternak ayam.
Ia membuka usaha ternak ayam mulai awal agustus, namun keuntungan yang didapatkan sangat fantastis dibanding membuka usaha yang ia buka saat ini.
”Lumayan besar untuk keuntungan nya mas, sekali panen saja bisa mendapatkan untung 35 juta,” pungkasnya saat diwawancarai di tempat ternak ayam (10/10/2021).
Ia mengaku membuka usaha karena terobsesi melihat keuntungan teman temanya yang membuka usaha ternak ayam. Kemudian ia belajar mulai dari awal perawatan sampai akhir untuk dijual.
Tidak berselang cukup lama, Sriyono mencoba membuka di daerah Tambangan Mijen. Ia memilih tempat itu karena selain tempatnya banyak pepohonan, air yang mudah dijangkau dan jauh dari pemukiman warga.
Awal panen saja ia mendapatkan keuntungan 35-40 juta selama kurang lebih 35 hari. Kemudian market pasarnya ia sudah ada yang melobi untuk diambil jika ayam sudah siap panen.
“keuntungan mencapai kurang lebih 35 juta sekali panen mas, padahal sekali panen hanya menunggu 35 hari,” paparnya.
Memulai bisnis ternak unggas ayam tidak serta merta ia mengeluarkan modal sedikit pun. Ia mengaku mengajak kerjasama dengan instansi / lembaga yang ingin diajak usaha. Hanya bermodalkan lahan yang menghabiskan biaya 200 juta dan konsep usaha, ia dipercaya untuk mengelola dan diberi modal untuk dikembangkan sendiri. Dan sistemnya bagi hasil setiap hitungan ayam per kilo yang sudah di listing dari mitra lembaga.
Ia memiliki kandang ayam seluas 5 x 80 meter persegi, dan dapat menampung sebanyak 10 ribu ekor ayam. Kemudian sistem kandangnya dengan close house artinya suhu udara bisa diatur sendiri, mulai suhu panas atau dingin. Kemudian ia menjelaskan jika ciri ciri ayam yang stabil saat di kandang dengan melihat apakah ayam itu kumpul atau menyebar.
Jika ayam nya kumpul, berarti suhu tidak stabil, dan tingkat kematian ayam bakal banyak, dan itu harus diantisipasi segera, jika ayamnya menyebar, berarti suhu cocok dan akan bisa tumbuh secara sehat.
“untuk omzetnya sekali panen sekitar 360 juta, belum dikurangi dengan biaya makan, listrik, dan kebutuhan yang lain,” jelasnya.
Dalam usaha ternak ayam, biaya paling mahal yaitu makanan tiap hari. Jika dirinci sebanyak 9400 ekor ayam saja bisa menghabiskan sebanyak 500 per karung, dan harga per karungnya 400 ribu dengan berat 25 kg.
Perawatanya pun juga simpel, setiap 12 hari diberi vaksin, dan vitamin C yang sudah disediakan oleh mitra usaha.
”Ya soal perawatan saya hanya mengikuti sistem mitra saja mas, untuk yang lain lain bisa diubah sendiri sesuai kebutuhan lapangan,” tambahnya.
Kemudian untuk mengurangi bau yang kurang sedap, ia gunakan filter untuk memacu suhu udara supaya ayam dapat menerima udara yang stabil, dengan begitu bisa mengurangi tingkat kematian yang tinggi
Sebetulnya selain punya usaha, ternak ayam, Sriyono juga memiliki banyak usaha ditempat lain, seperti toko bangunan, sembako, dan isi ulang air galon.
Ia sangat optimis, kedepan mampu membuka usaha lagi ditempat lain, rencana akan membuka ternak ayam di jogja dalam kurun waktu terdekat.
(Adimungkas E/SBN)