Ia merupakan putra sulung dari pasangan I Nengah Renes dan Ni Wayan Sudarmi yang tinggal di Randangan, Kabupaten Puhowato, Provinsi Gorontalo.
Kedua orang tua I Gede Kartika merupakan penduduk asal Bali dan pada tahun 1988 mengikuti program transmigrasi menuju Provinsi Gorontalo. Kapten Gede Kartika lahir pada 1988 di Randangan beberapa saat setelah kedua orang tua bertransmigrasi.
Setelah ditelusuri, diketahui dirinya memiliki latar belakang pendidikan di SMA Negeri 3 Gorontalo pada tahun 2002-2005.
Anak pertama dari tiga bersaudara tersebut melanjutkan pendidikannya di Akademi Angkatan Laut (AAL) pada 2007 untuk mengejar profesi impiannya, hingga lulus pada 2010.
Dalam masa pendidikan di AAL Surabaya, I Gede Kartika merupakan salah satu lulusan terbaik dan memiliki prestasi yang membanggakan. Pada saat itu ia dilantik oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) langsung.
Saat ini, I Gede Kartika beralamat di Jl. Sahabudin, Surabaya, bersama istri dan seorang anaknya. Diketahui sang istri kini tengah mengandung anak kedua mereka.
Disisi lain, dilansir dari okezone.com, keluarga I Gede Kartika menggelar ritual tebus arwah di kawasan Pelabuhan Celukan Bawang, Kabupaten Buleleng, Bali pada Senin (26/4).
Menurut paman korban, I Wayan Darmanta, setelah dinyatakan gugur oleh Panglima TNI, keluarga besar melakukan ritual di Celukan Bawang agar jenazah Kapten Gede dapat segera ditemukan.
"Keluarga berterima kasih kepada pemerintah Republik Indonesia, segala keseriusannya dalam mencari kapal dan juga awak kapal hingga saat ini," tutur Darmanta.
"Almarhum meninggalkan istri yang sedang hamil lima bulan. Rencananya jika jenazah diketemukan, pihak keluarga berencana memohon kepada pemerintah agar bisa jenazah diupacarai dengan cara agama Hindu di Balii," sambungnya.
(Wirawan/Red)