Mayoritas masyarakat melakukan aktivitas olahraga seperti jogging, sepak bola, voli serta bersepeda. Sebagian lainnya duduk bersantai sembari menikmati jajanan lumpia yang dijual oleh beberapa pedagang.
Diwawancarai INBISNIS, salah seorang penjual lumpia mengatakan, pada masa pandemi hingga sekarang, dirinya benar-benar merasakan penurunan jumlah pembeli.
"Dulu sebelum pandemi saya cuma jualan disini aja lumpianya sudah habis terjual, tapi sekarang jualan mulai jam 1 siang dan malam hari saya harus lanjut berjualan ke lapangan puputan itu (Puputan Badung) sampai jam setengah 11 malam agar lumpianya habis, tapi terkadang juga tidak habis," kata seorang penjual lumpia.
Wanita yang berasal dari Klungkung tersebut mengaku sempat menunggak pembayaran rumah kontrakan hingga tiga bulan.
"Bahkan, di awal pandemi, saya gak bisa bayar kost selama 3 bulan. Saya juga gak dapet potongan pembayaran dari tuan rumah. Sedangkan penghasilan saya saat itu paling banyak Rp 50 ribu dalam satu hari karena Lapangan Renon saat itu ditutup," ujar dia.
Ia lanjut menuturkan, demi memenuhi kebutuhan hidup pada masa ini, dengan sulitnya mencari pekerjaan, suaminya turut menjajakan dagangan yang sama.
"Sekarang karena kedua anak saya sudah sekolah, dan penghasilan kurang jika berjualan sendiri, jadinya suami saya berjualan juga ... dii sana (sebelah utara) supaya gak ngumpul di sini," tandasnya.
(PTW/Redaksi)