Sekretaris Jenderal Organisasi Pekerja Seluruh Indonesia (OPSI), Timboel Siregar menyebut harga yang telah ditetapkan relatif mahal dibanding program vaksinasi yang seluruhnya dibiayai pemerintah.
"Harga vaksinasi gotong royong sebesar Rp 879.140,- per pekerja akan membebani pengusaha, terlebih lagi bagi pengusaha yang memiliki banyak pekerja (pada sektor padat karya)," kata Timboel dalam keterangan tertulisnya, Minggu (16/5).
Ia memprediksi, dengan tingginya harga vaksin, banyak perusahaan yang enggan melakukan vaksinasi gotong royong. Hal ini dikarenakan banyak terdapat pengusaha yang terdampak Covid-19 dan cash-flownya belum putih sepenuhnya.
"Saya menilai dengan harga yang mahal tersebut akan banyak perusahaan yang enggan untuk mengadakan vaksinasi gotong royong sehingga percepatan pelaksanaan vaksinasi akan terkendala. Memang vaksinasi gotong royong penting tetapi pengusaha akan lebih memprioritaskan kepastian cash flow perusahaan untuk membeli bahan baku dan membayar upah pekerja, dengan tetap berharap diberikannya vaksinasi program kepada para pekerja dan keluarganya yang dibiayai pemerintah", ujarnya.
Timboel selanjutnya meminta pemerintah meninjau kembali biaya vaksinasi gotong royong yang telah ditetapkan tersebut. Pemerintah diharapkan bisa menurunkan harga dan mendiskusikan harga vaksin dengan para pengusaha.
"Biaya penyuntikan senilai Rp 117.910 per dosis (atau Rp 235.820 per pekerja untuk dua kali suntik) hendaknya digratiskan, dan proses vaksinasi gotong royong dapat dilakukan di fasilitas Kesehatan tempat pelaksanaan vaksinasi program", ungkapnya.
"Vaksinasi COVID-19 untuk seluruh rakyat Indonesia adalah tanggung jawab Pemerintah. Dengan keterbatasan suplai vaksin dan alokasi APBN/APBD untuk membiayai vaksinasi, peran serta pengusaha untuk membiayai vaksinasi gotong royong adalah baik namun pemerintah harus juga mengukur kemampuan pengusaha untuk membiayainya", tandasnya.
(PTW/Redaksi)