Menurut keterangan warga yang melintas Feri Meze, robohnya Sao Bhuja Kawa yang sudah dibangun sejak 2019 tersebut disebabkan angin yang begitu kencang melanda kawasan tersebut.
"Roboh akibat angin kencang," ujarnya saat dihubungi INBISNIS via telepon.
Menurut Feri, rumah adat yang terbuat dari kayu tersebut memang sudah nampak goyah dan rentan roboh bila diterpa angin kencang.
Sebagai warga Nagekeo, Feri kecewa dengan konstruksi Sao Bhuja Kawa yang tidak kuat atau dibuat asal jadi.
"Harusnya dibangun dengan kokoh, tidak gampang roboh, karena ini dalam rangka pelestarian budaya Nagekeo, apalagi di dalam rumah adat tersebut ada benda pusaka," tambahnya.
Puing-puing bangunan Sao Bhuja Kawa kini sudah dievakuasi.
(SBN/Redaksi)