Hal ini sangat berbeda dalam kurun waktu lima tahun kebelakang, harga pinang perkilo hanya dihargai Rp 5000 untuk pinang basah.

Di tahun 2021, pada masa Pandemi Covid 19 harga pinang kering per kilo untuk pinang kering tembus di harga Rp 25.000. 

Menurut Kasmir selaku  pengepul buah pinang di Palembang yang sekaligus telah menggeluti usaha pinang kurang lebih 20 tahun ini menjelaskan bahwa, buah pinang secara umum tidak memiliki harga di masyarakat. 

Keberadaanya lebih banyak tumbuh secara alami. Kalaupun ditanami masyarakat hanya untuk pembatas batas tanah atau lahan serta sebagai pembatas pagar pekarangan. Di samping itu juga tidak banyak petani yang mau menanami lahan dengan budidaya pinang secara totalitas. 

“Oleh karena itu buah pinang semakin langka saat ini,” katanya.

Kasmir menjelaskan bahwa, pinang memang langka saat ini, akan tetapi permintaan negara-negara pengimpor saat tinggi terutama negara Eropa, Asia Timur maupun Asia Selatan seperti India.

Komoditas pinang secara umum diketahui masyarakat untuk bahan baku pewarna tekstil dan obat-obatan. 

Indonesia merupakan negara beriklim tropis dan kontur tanahnya sangat ideal untuk budidaya pohon pinang pun dalam realitasnya tidak dimanfaatkan secara baik oleh masyarakat. 

Sebagian besar pohon pinang yang masih produktif saat ini di daerah Nusantara merupakan pohon alami yang sudah berusia lebih dari 70 tahun di mana produktivitasnya sudah mulai menurun.

Dengan realitas seperti ini, diharapkan pemerintah dan jajaran dinas pertanian, penyuluh pertanian, kepala desa dan stakeholders lainnya sudah mulai peduli, serta mau mengedukasi masyarakat mengenai budidaya pinang secara terintegrasi baik itu hulu dan hilir. 

Dengan dilakukannya edukasi dan sosialisasi diharapkan masyarakat mulai tertarik untuk budidaya pohon pinang secara massive.

(Yusuf/SBN)