Perubahan saat pandemi sangat terasa pada minat belanja di pasar. Minat belanja di pasar dikarenakan adanya pemberlakuan sosial distancing dan pembatasan Pemberlakuan kegiatan masyarakat.

Pendapatan sekitar 70-90 persen dari keadaan normal, bahkan ada yang sudah tidak beroperasi sama sekali atau tutup, adapun masih ada yang beroperasi tapi tidak menentu.

Salah seorang pedagang yang bernama Deng Saodah mengatakan, pendapatannya sebagai penjual sayuran di pasar ini tidak menentu.

"Kondisinya hampir sama dengan nasional, pasar sepi saat awal-awal pandemi COVID-19. Itu jelas berimbas pada omset pedagang,” ungkapnya (04/10/20210).

Imbas di masa pandemi, harga berbagai macam dagangan mengalami pasang-surut, seperti bawang merah, bawang putih, rempah dan yang lainnya.

Bukan hanya harga yang kena imbas akan tetapi pendapatan masyarakat yang ikut menurun di masa Pandemi ini, sehingga minat belanja masyarakat lesu.

“Masa pandemi saat ini pedagang sudah banyak yang beralih ke digital ketimbang duduk di pasar untuk menjual dagangnya. Pengaruh media sosial sangat berpengaruh terhadap minat belanja masyarakat,” imbuhnya.

Yaitu dengan cara jualan online lewat marketplace sosial media seperti Facebook dan lain-lain, sehingga minat belanja masyarakat lebih ekonomis.

Pedagang pasar maupun bukan pasar secara garis besar menjajakan dagangannya melalui wadah layanan Kurir dengan metode pesan antar yang membuat masyarakat nyaman tidak perlu lagi keluar rumah.

Pedagang mengatakan dengan menjual dagangan melalui wadah kurir, dagangan kami dengan Kurir lumayan sangat membantu untuk peningkatan omset penjualan.

Dengan adanya layanan kurir untuk pedagang juga membantu meningkatkan lapangan kerja. ungkapnya.

“Indonesia khususnya memang sudah keluar dari resesi ekonomi. Namun selagi masih ada pandemi Covid-19, ekonomi belum akan baik-baik saja,” ungkapnya.

(Nur Kamar/SBN)