wrapper

Breaking News

Sunday, 24 Oct 2021

“Anyyorong Lopi” Prosesi menurunkan Perahu Phinisi Kabupaten Bulukumba

Ditulis Oleh 
Rate this item
(1 Vote)
Istimewa

--------------------

INBISNIS.ID, BULUKUMBA - Tradisi menurunkan kapal phinisi khas DesaTanah Beru Kabupaten Bulukumba Provinsi Sulawesi Selatan yang biasa disebut “Annyerong Lopi”. Tradisi tersebut erat kaitanya dengan kehidupan masyarakat nelayan atau pelaut di Kabupaten Bulukumba dengan perahu tradisional kebanggaannya yang disebut kapal Phinisi. Sabtu, 23 Oktober 2021

Annyeong Lopi adalah kegiatan menarik atau mendorong kapal yang baru selesai dibangun dari galangan kapal tradisional yang disebut “Batilang” menuju ke tepi pantai. Kapal tidak didorong dengan alat modern tapi menggunakan tenaga manusia saja. Maka tak sedikit manusia yang dikerahkan, bisa mencapai ratusan orang tergantung bobot kapalnya.

Mereka datang dari berbagai kampung yang ada di Bulukumba. Seorang “Appatara Taju” atau komando yang bertugas untuk memberikan aba-aba menarik tali kapal. Appatara Taju bukan hanya aba aba nambun bisa berupa nyanyian, cerita lucu, yang menghibur supaya tidak bosan dan mudah lelah.

Laarilambatee diambil dari bahasa konjo artinya dorong yang kuat. Jarak galangan kapal sampai ke bibir pantai biasanya hanya sekitar 100 sampai 500 meter dan menghabiskan waktu sekitar 3 sampai 5 jam mendorong dan menarik kapal. 

Phinisi adalah perahu layar tradisional kebanggaan suku Bugis Makassar. Perahu Phinisi memiliki dua tiang utama dengan 7 layar digunakan sebagai alat gerak kapal. Biasanya digunakan sebagai alat transportasi, pengangkut barang antar pulau atau kapal dagang.

Menurut naskah Lontar Al Galigo mencatat bahwa yang pertama kali membuat Perahu Phinisi adalah Sawerigading seorang putra mahkota kerajaan Luwu. Dibuat sekitar abad ke 14 untuk digunakan berlayar ke negeri China, melamar seorang putri yang bernama We chudai.

“Asal kata dari phinas, phenis yaitu merujuk kepada salah satu perahu yang diciptakan atau dibuat oleh seorang pelaut yang berkebangsaan Prancis yang minggat dari kapal dan turun di Teringgano Malaysia” ungkap Arif Saenong seorang budayawan Phinisi.

Konon, Perahu Phinisi dibuat di Desa Ara kemudian dikembangkan di Tanah Beru Kecamatan Bontobahari, makanya pembuat perahu Phinisi disebut juga Ara.

Ukuran perahu Phinisi tergantung permintaan pembelinya rata-rata berbobot diatas 100 ton. Jika dilihat dari modelnya Phinisi memiliki perpaduan untuk perahu buatan Perancis dan Indonesia. Lunas atau bagian bawah Phinisi terdiri dari 5 papan yang menggambarkan rukun Islam dan salat lima waktu, dua tiang bermakna dua kalimat syahadat, sedangkan 7 layar berasal dari jumlah ayat surat Al Fatihah.

Bagi suku Bugis Makassar perahu Phinisi diibaratkan layaknya makhluk hidup, bagian depannya menyerupai manusia yang sedang berenang menempelkan kedua tangannya. Hal tersebut diyakini memiliki urat kulit dan juga roh. Jadi dalam membuatnya tidak boleh asal harus dengan ritual adat dan doa-doa.

Tradisi pembuatan kapal di Tanah Beru Bulukumba masih tetap terjaga hingga kini, sebelum diselenggarakan acara mendorong kapal (Anyorong Lopi), harus melakukan ritual “Appassili” atau pemotongan hewan kurban tujuannya untuk menjauhkan hal negatif. Jika kapal yang dibuat mempunyai berat 100 ton maka seekor kambing wajib dikorbankan. Namun jika beratnya lebih dari 100 ton, harus memotong seekor sapi. Hewan kurban juga harus berbulu hitam, sebab warna hitam menjadi warna yang istimewa bagi suku Kajang sebagai simbol persamaan dan kesederhanaan. 

Sebelum proses penyembelihan hewan kurban, kambing didandani layaknya manusia oleh Panrita Lopi atau dukun. Hewan kurban diselimuti kain putih diberi minyak kelapa dan bedak. Kemudian kambing dipotong di atas kapal diiringi dan ditutup dengan doa-doa keselamatan agar kapal yang akan dipakai berlayar selalu dilindungi Tuhan Yang Maha Esa. 

(Andi Rusman/SBN)

Dibaca 285 Kali

INBISNIS dibangun dalam rangka mendukung dunia usaha dan peningkatan kesejahteraan masyarakat dan kemajuan bangsa Indonesia dan seluruh warga dunia.

Ikuti Kami