Ironisnya, Desa Nggolonio merupakan desa potensial karena memiliki sumber daya alam yang menjadi ladang investasi para investor.
Tercatat dua Perusahaan besar sedang melakukan investasi di desa Nggolonio, yakni PT. Cheetham Garam Indonesia dan Perusahaan Tambang biji besi.
Tapi sayang, masyarakat sekitar belum sepenuhnya menikmati dampak dari eksistensi hadirnya Perusahaan-perusahaan yang telah menggerus kekayaan alam desa Nggolonio.
Benediktus Bata, salah satu warga desa Nggolonio, yang juga merupakan Mahasiswa Program Studi Diluar Kampus Utama (PSDKU) Politeknik Negeri Ujung Pandang (PNUP) Nagekeo, yang Berkedudukan di desa Nggolonio, kepada INBISNIS mengungkapkan bahwa kondisi kewalahan air bersih sejak lama dialami masyarakat desa Nggolonio.
"Kami disini sudah lama air tidak ada, kami hanya andalkan air sumur saja, tapi kita timba maksimal 10 sampai 15 jerigen saja, setelah itu air sudah kotor. Kita tunggu beberapa menit lagi baru kita bisa timba lagi,” jelas Benediktus, Minggu (25/10/2021).
"Disini ada proyek pipa sejak tahun 2012 lalu, tetapi air tidak keluar-keluar. Setelah ada Bak baru (Reservoir Nggolonio, red), air keluar mungkin hampir 1 bulan, Setelah itu tidak keluar lagi. Mereka yang sebelah Rowet itu, airnya lancar," tuturnya.
Reservoir Nggolonio merupakan Proyek Air bersih milik Pemerintah Daerah (Pemda) kabupaten Nagekeo, melalui Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR).
Proyek reservoir Nggolonio didanai dari Dana Alokasi Umum (DAU) Tahun Anggaran 2020, senilai 1 Miliar lebih.
Benediktus menjelaskan untuk memenuhi kebutuhan air bersih masyarakat kadang harus mengeluarkan uang minimal Rp. 100 Ribu tiap bulannya untuk membeli air bersih.
"Kadang kita pakai beli, 1 bulan paling kurang 2 Viber. Kalau kita pakai untuk cuci, bisa lebih dari itu. Harga 1 viber kami beli Rp.50 ribu," ujarnya.
Masyarakat desa Nggolonio telah mengadukan ke Pemerintah Desa perihal kewalahan air bersih, Namun sikap tanggap Pemerintah desa dinilai sangat lemah dalam merespon keluhan Masyarakat.
Masyarakat berharap agar pemerintah segera menjawab keluhan masyarakat perihal air bersih dengan mengoptimalkan jaringan air bersih yang sudah dipasang bagi masyarakat.
"Masyarakat sering kali mengusulkan ke Pemerintah desa setiap kali ada pertemuan di Desa. Pemerintah desa lemah dalam merespon ini semua," terang Ben.
"Sebagai generasi muda desa Nggolonio, saya berharap pemerintah segera merespon keluhan masyarakat terkait hal ini (air bersih). Ada investor yang investasi disini. kekayaan alam kami mereka ambil, mereka juga harus punya tanggung jawab moril terhadap masyarakat sekitar. Mereka juga bisa membantu akses air bersih bagi masyarakat. Intinya ada simbiosis mutualisme lah. Jangan sampai mereka makin maju, masyarakat makin terpojok," demikian tandas Benediktus, yang juga merupakan aktivis GMNI cabang Nagekeo.
(Petrus Fua Betu Tenda/Redaksi)