Seperti hal itu diungkapkan Kepala Balai Litbang Agama (BLA) Semarang, Dr Samidi Halim menyebut Lembaga Ta’lif wan Nasyr Nahdlatul Ulama (LTNNU) memiliki peran untuk mendongkrak maupun memunculkan mitos dan memperkuat citra yang ada di masyarakat.
“Dulu memang ada, Sunan Kuning itu keturunan dari keraton Surakarta, tapi karena image-nya seperti itu (sebuah tempat prostitusi ) jadi sepi,” kata Samidi.
Samidi menerangkan hal itu saat menjadi narasumber pembekalan bagi calon pengurus LTNNU Kota Semarang di Situation Room Pemerintah Kota Semarang, Minggu (31/10/2021).
“Karena waktu itu makamnya tidak dirawat warga sekitar Kali Banteng, terus makamnya dirawat para keturunan Tionghoa. Makanya kompleks makamnya seperti itu,” bebernya.
Sunan kuning mempunyai banyak versi, nama aslinya, Raden Mas Garendi dengan gelar Sunan Amangkurat V. Samidi menyebut cerita ini masuk dalam buku Geger Pacinan 1740-1742. Ia diyakini sebagai penyebar ajaran Islam.
Begitupun nama Sunan Kuning menurut buku catatan trah Kasunanan Surakarta. Dia disebut Sunan Kuning karena masih keturunan Tionghoa, kulitnya berwarna cerah, tidak seperti umumnya para pangeran Jawa.
Sejarah Sunan Kuning adalah seorang pangeran atau sunan dalam arti susuhunan, ia adalah penguasa terakhir di Kasunanan Kartasura bukan tokoh spiritualis agama seperti wali songo.
Sunan Kuning juga berjuang untuk negara ini, ia merupakan pahlawan yang mengobarkan perlawanan. Hingga akhirnya dia kalah dalam perang melawan VOC dalam penyerangan ke Batavia.
“Sunan Kuning ini termasuk pasukan yang kalah. Dalam perjalanan pulang, kena pagebluk kata orang dulu atau sejenis virus dan sampai meninggal, tidak sempat dibawa sampai keraton,” jelasnya.
Terkait mitos, lanjutnya makam yang ada di gunung. Dari penelitiannya, pengalaman para peziarah yang melakukan tirakat dan mendapatkan petunjuk atau isyarat tidak jelas berupa mimpi memunculkan mitos pesugihan, “Nah dari mimpi itu akhirnya muncul mitos pesugihan gunung Kawi,” ujarnya.
Oleh karena itu, ketua LTNNU Kota Semarang periode lalu yang kini menjadi Ketua Dewan Pakar LTNNU Kota Semarang ini mengajak jajaran LTNNU untuk menggenjot kemampuan literasi kader NU di era digital.
Anggota Komisi E Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Jawa Tengah dari Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Moh Zen Adv mengatakan komitmen kebangsaan pesantren sangat penting. Ia anggota legislatif Jateng yang menjegal kebijakan pemerintah terkait kesejahteraan warga Nahdlatul Ulama (NU).
Zen yang juga anggota Dewan Pakar LTNNU Kota Semarang ini menyebut salah satunya kebijakan tentang pesantren, “Kita (PKB) mendorong agar lulusan pesantren bisa diterima di semua lini sektor dunia kerja, ini ada dalam undang-undang,” ungkapnya.
(Adimungkas E/SBN)