Pantauan di lokasi, terlihat para mahasiswa ini silih berganti melakukan orasi. Salah seorang koordinator aksi ketika berorasi mengatakan terjadi kelangkaan BBM di Kota Ternate telah memicu kenaikan harga BBM sehingga dampaknya terjadi pada sopir angkot. Persoalan lainnya adalah beberapa kelurahan sudah seminggu ini selalu terkendala dengan tidak berjalannya air (air mati) sehingga membuat masyarakatnya resah.
“Untuk itu kami mendesak kepada Pemkot Ternate agar segera mengatasi persoalan-persoalan ini secepatnya. katanya mempunyai slogan “Ternate Andalan” apa yang mau diandalkan?. Apakah dengan andalan air mati dan andalan kase naik harga BBM?”, cetus koordinator demo.
Untuk diketahui bahwa jenis BBM yang disediakan Pertamina hanya jenis pertamax yang harganya Rp 9 ribu per liter, kemudian jenis pertalite diperuntukkan buat pedagang pengecer, sementra tarif angkot tetap Rp 5.000. Jadi seakan-akan sopir angkutan penumpang dipaksa gunakan Pertamax yang harganya mahal itu.
Masa demo juga menyentil bahwa ancaman krisis air sudah lama menjadi persoalan masyarakat Kota Ternate. Tidak hanya di bagian utara kota. Di beberapa kelurahan di Ternate terutama di ketinggian, harus antri berhari-hari mendapatkan air bersih. Antara lain, Kelurahan Jati, Tanah Tinggi, Ngade, Fatcei Moya, Torano, Marikurubu dan Kalumata Puncak. Bahkan, di beberapa tempat warga terpaksa memanfaatkan air hujan sebagai salah satu sumber air.
“Untuk itu, Samurai mendesak Pemkot Ternate segera merumuskan regulasi tentang distribusi BBM, melakukan pengawasan terhadap penjual BBM eceran, menghadirkan BBM jenis Premium, serta secepatnya mengatur ulang tarif angkutan penumpang dan terhadap krisis Air bersih pemkot segera mencari alternatif sumber air yang dapat mencukupi kebutuhan air bersih di Kota Ternate”, pungkas koordinator aksi.
Selain harga BBM dan krisis air, masa demo juga mendesak agar pemerintah Kota Ternate segera menyelesaikan persoalan sampah dimana saat musim penghujan terjadi luapan sampah dari selokan ke jalan raya juga terjadi sumbatan selokan yang lain sehingga berpotensi terjadi banjir di ruas jalan tertentu.
Aksi demo juga menuntut agar pemkot segera menyelesaikan pembangunan ruang tunggu terminal dan tuntaskan dermaga hiri yang sampai saat ini masih terbengkalai. Aksi yang semula berjalan aman, namun situasi memanas ketika masa aksi secara paksa mencoba mendobrak gerbang kantor Wali Kota. Beberapa di antaranya terlihat menggoyang pagar gerbang hingga nyaris rusak.
Aksi kemudian berakhir setelah terjadi negosiasi antara mahasiswa dengan aparat keamanan untuk melepaskan dua orang mahasiswa yang ditahan dengan catatan mereka harus membubarkan diri dan kembali ke kampus.
(ARH/Redaksi)