Pasalnya musim hujan mengakibatkan gelombang tinggi yang berdampak serius, karena mengakibatkan perahu perahu yang ada di tambak lorok mengalami kerusakan berat akibat terjangan gelombang tinggi air laut.
Kepala dermaga tambak lorok, Subur yang saat ini sudah menjadi nelayan selama 21 tahun, ia mengatakan musim ini merupakan musim yang kurang baik bagi nelayan, karena bakal ada cluster gelombang yang sangat tinggi, sehingga membuat nelayan enggan untuk melanjutkan mata pencaharian sebagai nelayan.
“Musim gelombang saat ini sangat berpengaruh dalam mata pencaharian, karena jika gelombang masih besar banyak nelayan yang tidak berani untuk mencari ikan, sehingga di musim hujan ini bahkan nelayan bakal mengurangi aktivitasnya untuk bekerja” ujarnya pada kamis (11/11).
Menilik pada tahun sebelumnya, banyak sekali perahu perahu yang mengalami kerusakan akibat curah hujan yang tinggi serta terjangan gelombang yang besar. Ada sekitar 8 perahu yang mengalami rusak berat bahkan sampai pecah. Namun tidak hanya perahu saja, rumah rumah yang berada di paling ujung juga mengalami kerusakan sebab gelombang.
Lanjutnya bulan ini memasuki musim hujan yang tinggi, kemungkinan hal tersebut akan terulang kembali akan gelombang yang besar, sekitar sebulan lagi ia menjelaskan bakal ada perahu yang pecah.
Ditambak lorok sendiri saat ini ada ribuan nelayan yang setiap harinya harus memenuhi kebutuhan keluarga, namun saat ini berjaga jaga karena saat ini musim hujan dengan curah hujan yang tinggi.
Begitupun saat ini ia sangat menyayangkan apabila ada nelayan yang mengalami nasib yang kurang baik seperti perahunya mengalami kerusakan akibat hantaman gelombang tinggi air laut, mereka akan kebingungan dalam melanjutkan aktivitas sebagai nelayan.
“terkadang sedih melihat nelayan yang mengalami nasib kurang baik seperti pecahnya perahu, belum ada solusi untuk menangani, padahal sudah diajukan ke pemerintah, namun belum ada tanggapan / hiraun dari pemerintah.” Lanjutnya.
“dan biasanya tinggi gelombang airnya hampir masuk ke permukaan rumah warga, kemarin saja ada perahu baru, karena ada gelombang sampai glempang dan hancur dan pecah, padahal baru beli.” Selebihnya.
Aktivitas nelayan yang mengalami kerusakan perahu, sehingga mereka tidak mampu untuk merenovasi. Saat ini mereka hanya membuat alat penangkap ikan buat mencari rajungan dan perangkap udang untuk menyambung hidup.
Padahal untuk merenovasi perahu yang pecah saja, membutuhkan biaya lebih sedikitnya 30 juta, bahkan bisa lebih tergantung tingkat kerusakan akibat terjangan gelombang air laut.
Biasanya ukuran perahu yang rusak berukuran 6,5 meter dan menghabiskan waktu dalam 1 tahun. Namun biasanya untuk merenovasi kapal yang rusak membutuhkan 7 orang dalam waktu 3-4 bulan untuk menyelesaikan renovasi perahu yang rusak.
“Kalau beli kerangka baru saja bisa mencapai 60 juta belum sama mesinya.” Terangnya
Begitupun dari ketua dermaga sendiri sudah mengajukan permohonan ke pemerintah daerah untuk percepatan pembangunan talud untuk mencegah terjadinya gelombng air laut yang tinggi supaya perahu nelayan yang ada di tambak lorok setiap tahun tidak mengalami kerusakan terus menerus, akan tetapi sampai saat ini belum ada realisasi dari pemerintah sendiri.
“kami sudah mengajukan permohonan kepada pemerintah terkait pembuatan talud, namun saat ini belum ada persetujuan, permintaan akan dibangun pemecah gelombang terlebih dahulu, kalau ada gelombang perahu tidak banyak yang rusak, janjinya kan tahun 2022 sudah dibangun talud.” Terangnya.
(Adimungkas E/Redaksi)