Secara umum, konflik merupakan suatu peristiwa atau fenomena sosial dimana terjadi pertentangan atau pertikaian baik antar individu dengan individu, individu dengan kelompok, kelompok dengan kelompok, maupun kelompok dengan pemerintah.
Dari konflik yang terus membersamai, tidak jarang yang berujung pada kekerasan. Contoh kasus konflik yang berujung pada kekerasan sebenarnya sangat banyak sekali. Berdasarkan sumber yang saya temukan di situs kompas.com, seperti konflik antara masyarakat adat Suku Dayak dengan Suku Madura di wilayah Sampit, Kalimantan Tengah pada tahun 2001 silam. Kekerasan di dalam kasus tersebut merupakan buah dari konflik yang sangat panas. Ratusan nyawa harus tercabut karena hasil konflik tersebut dan memaksa ratusan ribu masyarakat lainnya harus mengungsi.
Itu adalah hanya segelintir kasus yang diakibatkan dari konflik selama negeri ini berdiri. Namun, sejarah mencatat bahwa sudah banyak terjadi konflik dan kekerasan di dalam catatan sejarah. Dimana sejarah yang notabenenya adalah kehidupan manusia, selalu menceritakan konflik yang dialami manusia itu.
Berdasarkan buku karangan Zaiyardam Zubir yang berjudul Budaya Konflik Dan Jaringan Kekerasan yang diterbitkan pada tahun 2010 yang saya baca, disana saya menemukan berbagai macam kasus yang berhubungan dengan konflik dan kekerasan dari masa ke masa, yang berujung pada kekerasan sejak masa kolonial hingga Indonesia merdeka.
Menurut Zaiyardam, konflik dan kekerasan sudah menjadi bagian yang integral dari perjalanan sejarah Indonesia. Bahkan, dalam banyak peristiwa besar, tindakan kekerasan sudah menjadi ciri khas dalam kehidupan bangsa. Di dalam buku tersebut hanya membahas konflik dan kekerasan seputaran wilayah Minangkabau. Walaupun hanya se lingkup wilayah Minangkabau, sudah banyak terjadi kasus konflik.
Zaiyardam juga menyatakan bahwa, dengan kekerasan yang ada, kenyamanan hidup dalam masyarakat menjadi tidak ada. Konflik yang berkepanjangan memberi gambaran bahwa negara telah gagal dalam menunaikan kewajibannya untuk memberi rasa aman dan nyaman kepada masyarakat. Lebih parahnya lagi, rasa tidak aman itu justru muncul dari pemegang kekuasaan terutama TNI dan Polri.
Selain faktor kesalahpahaman, faktor lainnya yang menyebabkan konflik ini berasal dari lingkungan internal keluarga dengan melibatkan hal-hal yang berhubungan dengan perekonomian demi memenuhi kebutuhan hidupnya. Hal sejenis ini sering terjadi pada kaum buruh. Dimana untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, mereka mencari alternatif pekerjaan lain untuk menambah pendapatan. Tidak hanya itu, mereka juga melibatkan anggota keluarganya bekerja sambilan seperti berjualan, pembantu rumah tangga, penjaga toko, bertani dan beternak. Walaupun hanya sebagai buruh, mereka juga kadang suka berjudi dengan bermain Toto Gelap yang sering dimainkan.
Di Minangkabau sendiri, salah satu konflik yang berujung pada kekerasan sepanjang catatan sejarah adalah adanya istilah Bacakak. Bacakak ini merupakan sebuah penyakit sosial masyarakat yang krusial yang diibaratkan api dalam sekam. Bacakak ini tidak berdiri dengan sendirinya, banyak dimensi sebagai pemicunya.
Zaiyardam dalam bukunya mengatakan bahwa fenomena Bacakak antar kampung merupakan gejala yang sering terjadi di Kabupaten Pasaman dan Kabupaten Sawahlunto Sijunjung. Pemicu konflik ini dalam masyarakat daerah tersebut tidak hanya sebatas permasalahan tanah ulayat, tetapi juga masalah sosial, ekonomi, elite, dan kesatuan politik lokal.
Itu hanya segelintir gejala-gejala sosial yang ada di wilayah Minangkabau, dikarenakan saat sekarang ini fungsi surau sudah memudar, sehingga masyarakat sudah banyak terpengaruh ubilih yang merupakan sebutan bagi iblis atau setan dalam bahasa Minangkabau. Dimana iblis ini menghasut masyarakat agar saling memusuhi sesama dan menjauhkan umat manusia dari tuntunan agama.
Dalam penulisan sejarah, dikenal dengan sebutan istilah Historiografi. Historiografi adalah salah satu metode dalam penelitian sejarah setelah data sejarah di interpretasikan dan diterjemahkan kedalam bentuk tulisan. Dalam kajian Historiografi Indonesia, pengkajian tentang konflik sangat banyak sekali dilakukan oleh sejarawan dikarenakan di setiap wilayah Indonesia itu mempunyai cerita atau kisah yang berhubungan dengan konflik kekerasan, salah satunya tadi adalah di wilayah Minangkabau.
Menurut pandangan saya, Konflik ini selalu menjadi kambing hitam dalam kehidupan, tanpa adanya konflik, maka tidak ada kisah yang bisa diceritakan atau dituliskan. Karena konflik sudah menjadi hal yang lumrah di setiap penulisan sejarah, dan konflik juga menjadi sebuah disiplin ilmu yang menarik untuk diteliti.