wrapper

Breaking News

Wednesday, 08 Dec 2021

Nasib Para Pengemudi Ojok di Tengah Pandemi

Ditulis Oleh 
Rate this item
(2 votes)
Istimewa

--------------------

INBISNIS.ID, DENPASAR - Ojek Online (OJOL) yang hadir di Bali sejak tahun 2015 berkembang begitu cepat mengikuti tingginya minat dan kebutuhan masyarakat akan pelayanan transportasi dan layanan belanja serta layanan pengiriman barang atau paket yang dihadirkan oleh aplikator.

Gojek Indonesia merupakan pionir lahirnya aplikasi OJOL pertama di Indonesia yang resmi diluncurkan pada 13 Oktober 2010 dengan sistem yang sederhana serta cara pemesanan pun masih dilakukan melalui call center (24 jam).

Tahun 2014 aplikasi Gojek Indonesia disempurnakan agar driver dan penumpang lebih mudah melakukan transaksi hingga pada Januari 2015 Gojek Indonesia meluncurkan aplikasi yang bisa diinstal di smartphone. Peluncuran aplikasi ini ternyata disambut positif oleh masyarakat luas. Selain lebih mudah memesan, pelanggan juga dimanjakan dengan tarif yang murah meriah.

“Ketika Go-Jek masuk Bali tahun 2015 saya langsung daftar karena sudah melihat beritanya di televisi bahwa di Jakarta dan Bandung cukup banyak peminatnya dan sudah berbasis aplikasi online”, kata Bagus Surya kepada INBISNIS.ID, Selasa (7/12).

Profesi pengemudi OJOL awalnya memang tidak begitu dilirik oleh sebagian masyarakat, hal ini mungkin karena sebutan Ojek masih melekat sebagai profesi yang dianggap rendah atau kurang populer di kalangan masyarakat umum.

Tak disangka OJOL berkembang pesat dan menjadi sumber penghasilan yang sangat menjanjikan bagi para pengemudinya. Hal inilah yang memancing banyak orang akhirnya beramai-ramai mendaftar untuk menjadi pengemudi ojek online.

Melihat Go-Jek yang berkembang bagus dan banyak peminat membuat Perusahaan Grab pun tertarik untuk menghadirkan layanan berbasis aplikasi. Grab pertama kali menjejakkan kaki di pasar Indonesia pada Juni 2014 dengan layanan GrabTaxi. Seiring dengan popularitasnya yang semakin meluas, pada 2015 GrabTaxi melakukan ekspansi dengan merilis layanan ojek online pesaing Go-Jek, yakni GrabBike.

Selama beberapa tahun ini kedua aplikator bersaing berusaha memberikan pelayanan terbaik bagi pelanggannya dengan berbagai fitur menarik dan harga terbaik agar dapat meraup keuntungan yang maksimal dari bisnis ini.

Dengan adanya fitur-fitur menarik dan harga-harga terbaik di atas, tak heran jika pengunduh kedua aplikasi ini sudah mencapai puluhan juta orang. Karena tidak hanya memanjakan konsumen, tetapi juga memberikan berbagai keuntungan bagi driver dan mitra.

“Warung saya bekerja sama menjadi mitra Go-Jek dan Grab untuk melayani pemesanan makanan bagi konsumen, sejauh ini sangat membantu dan memberikan keuntungan yang cukup bagus”, ungkap Ibu Iin pemilik Resto di Jalan Tukad Badung, Selasa (7/12).

Antusiasme masyarakat yang begitu tinggi membuat bisnis ini semakin berkembang dari tahun ke tahun, aplikasi online yang hadir memberikan layanan serupa pun kini makin banyak jumlahnya seperti Maxim, Shopee Food, InDriver dan lain-lain sehingga menambah persaingan antara penyedia layanan aplikasi dan menambah persaingan diantara para driver serta mitra.

“Mungkin karena sekarang banyak aplikasi jadi agak sepi, tidak sebanding dengan jumlah orderan yang sangat terbatas. Kalau dulu pelanggan tinggal pilih salah satu tapi kalau sekarang lebih banyak sehingga kita sebagai driver cuma bisa pasrah nunggu orderan masuk”, ungkap Dicky salah satu pengemudi Ojol kepada INBISNIS.ID

Seorang pengemudi yang tidak mau disebutkan namanya mengungkapkan hal yang sama, orderan OJOL yang makin sepi selain karena dampak Pandemi Covid-19 juga disebabkan oleh banyaknya aplikasi yang ada saat ini. Ia yang memiliki dan menjalankan tiga aplikasi ini pun harus berjuang extra keras untuk mencapai target.

Persaingan yang semakin ketat antar sesama penyedia layanan aplikasi menimbulkan perang harga di antara mereka, sehingga muncullah berbagai program yang diluncurkan baik untuk driver maupun mitra atau kepada pelanggan seperti discount, bonus dan program-program lainnya.

Lebih lanjut ia mengatakan, perang harga antar perusahaan aplikasi online cenderung mengorbankan pihak ojol yang dalam posisi lemah, karena belum terorganisir atau memiliki serikat yang kuat. 

“Dari sekian banyak permasalahan yang dihadapi ditambah dengan kebijakan PPKM yang terus diperpanjang berjilid-jilid belum terlihat memberikan solusi yang maksimal bagi kehidupan ekonomi para pengemudi OJOL di masa Pandemi Covid-19”, pungkasnya.

(Herman Yosef Subu Sadipun/Redaksi)

Dibaca 274 Kali

INBISNIS dibangun dalam rangka mendukung dunia usaha dan peningkatan kesejahteraan masyarakat dan kemajuan bangsa Indonesia dan seluruh warga dunia.

Ikuti Kami