Penyakit (LES) ini sering mengenai wanita usia produktif. Salah satu pemicunya Hormon Estrogen yang sampai sekarang tidak jelas Patofisioliginya, tandas Prof. DR. Dr Iris Rengganis,Sp.PD-KAI's sc FINASIM pada seminar di Makassar, 18/12.
"Adapun gejala yang mudah dikenali penderita penyakit ini, yang dimana penderitanya sepeti gambar Kupu-kupu pada wajah wanita atau disebut butterfly rash. Gejala lainnya juga seperti demam, nyeri otot dan sendi. Kelainan systemik pada kulit yang semula akut sampai menahun. Kadang penderita mengalami alopecia (botak), bahkan radang pada mulut.
Pasien (LES) harus menghindari paparan sinar matahari langsung". Tuturnya.
Bagi Dokter sebelum melanjutkan dengan pemeriksaan laboratorium ANA misalnya, sudah ada kecurigaan bila terjadi SDP (Sel Darah Putih) menurun dan keping darah (Trombocyi) juga mengalami penurunan secara signifikan.
( Prof. DR. Dr Iris Rengganis,Sp.PD-KAI's)
Menurut Guru Besar Departemen Alergi Imonolgi FKUI, "ada hal perlu diperhatikan pada orang awam tentang gejala penyakit mirip penyakit Lupus ini, akibat efek samping atau over dosis dari obat-obatan tertentu walaupun akan hilang setelah komsumsi obat dihentikan.
Obat tersebut seperti Metyldopa (obat hipertensi untuk wanita hamil), Monocycline (obat antibiotik untuk jerawat), procainamide (Diberikan pada pasien gangguan Irama Jantung, arythmia), D-Penicillamine (Antidotum bagi pasien logam berat, timbal dan tembaga).
Obat-obatan diatas tersebut harus dengan Resep Dokter.
Tambahnya "Etiologi LES tidak diketahui faktor pencetusnya kebanyakan karena faktor genetik atau lingkungan dan bahkan bisa berakibat karena gaya hidup yang kurang sehat. Bila ditangani sejak dini, harapan usia hidup pasien (LES) tidak berbeda dengan pasien penyakit lain akan bisa tertolong". Tutupnya.
Apakah pasien (LES) bisa divaksinasi Covid-19 Prof.? Tanya seorang peserta!
"Bisa selagi sudah dalam pengobatan oleh Dokter".
(A Rivai Pakki/FF)