wrapper

Breaking News

Monday, 17 Jan 2022

Waspadai Krisis Sistem Pelayanan Kesehatan dengan Melonjaknya Kasus Varian Omicron

Ditulis Oleh 
Rate this item
(0 votes)
Ilustrasi

--------------------

INBISNI.ID, MAKASSAR - Bulan November tahun lalu kasus Covid-19 di Indonesia turun drastis. Kasusnya melandai patut disyukuri karen betul-betul kehendak Allah SWT semata, papar DR Dr Andani Eka Putra, Staf Ahli Menkes pada Wibiner (16/1), yang diadakan Forum Dosen dan Doktor Bina Insan Cita MN KAHMI. Pasalnya waktu itu secara epidemiologi, tidak ada yang mendukung tentang Vaksinasi yang jauh dari target, penetapan Prokes 5 M tidak maksimal dan juga Tracing dan testing masih minim.

Hal ini menanggapi makalah Prof Dr Irawan Jusuf PhD, bagaimana gambaran variant Omicron yang bisa menyebabkan krisis pelayanan kesehatan bila terjadi wabah Covid gelombang ketiga.

Menurut Irawan Jusuf dalam makalahnya bertajuk Peluang Pandemi Gelombang ke 3, Semakin Besar, banyak virus tidak mematikan tapi kalau kasusnya banyak, rumah sakit akan kesulitan merawat pasien. Bisa terjadi krisis sistem pelayanan kesehatan, tenaga kesehatan akan kewalahan.
Ia menyebut saat ini dalam waktu relatif singkat sudah 100 negara terpapar Omicron. Terakhir (16/1) laporan dari Cina yang juga telah menemukan variant baru tersebut.
Pasien Covid-19 yang baru saat ini di Indonesia, dari 725 orang terkonfirmasi Omicron, 570 pasien dari perjalanan luar negeri, lainnya transmisi lokal.

Peneliti Lembaga Eickman yang telah dilebur ke BRIN ini mengakui bahwa belum ada laporan ilmiah bahwasanya dengan herd immumity dan vaksinasi, serum, pasien bisa mentralisir variant Omicron.

Patut diketahui kekebalan yang diperoleh dari vaksinasi rangenya antara 3 bulan sampai 5 tahun. Rata-ratanya 16 bulan anti body yang dibentuk oleh vaksin mulai hilang papar ahli Biological Monokuler ini.

Varian Omicron sesuai laporan dari luar negeri, gejalanya ringan (batuk, demam flu pen) bahkan kadang tidak bergejala tapi penularan cepat. Kalau ini terjadi? bisa terjadi krisis dalam sistem pelayanan kesehatan kita.

Ada keunikan dari siklus kehidupan virus, ungkap mantan Dekan FKUH itu. Agar virus bisa berkembang biak dan hidup lama, lebih mengutamakan predator manusia.
"Manusia adalah predator yang lengkap, makan kelelawar, makan daging dan lainnya. Survival hidup manusia cukup lama bisa sampai 70 tahun dan mempunyai mobolitas tinggi. Kesemua ini membantu penyebaran virus secara cepat. Makanya banyak penyakit yang disebabkan oleh virus tidak mematikan inangnya.

Untuk itulah agar tidak terjadi Pandemi Covid-19 gelombang ke 3 paling tidak ada upaya ke arah. Tracing dan testing yang masif untuk melacak keberadaan variant Omicron. Seleksi ketat lalu lintas orang di Perbatasan, Pelabuhan, Bandara dan lainnya. Hambat penyebaran dengan memberlakukan prokes 5 M, sarannya.

Tak lain penyebaran virus selalu mengikuti kaedah Segitiga Epidemiology, host - virus - dan lingkungan hidup.
Ketiga eksponen inilah menjadi mediator untuk suatu pandemi.


( A Rivai Pakki / FF )

Dibaca 224 Kali

INBISNIS dibangun dalam rangka mendukung dunia usaha dan peningkatan kesejahteraan masyarakat dan kemajuan bangsa Indonesia dan seluruh warga dunia.

Ikuti Kami