Terkait dengan hal ini, di Kabupaten Lembata NTT, Pemerintah Daerah setempat menggagas sebuah kegiatan akbar bernama eksplorasi budaya yang didukung dengan anggaran senilai Rp2,5 M. Dalam kegiatan tersebut, terdaftar pula beberapa ritual sakral yang akan “dipentaskan” oleh komunitas-komunitas adat di Lembata, salah satunya ritual Iu Uhe Bei Ara yang rencananya akan dilakukan pada Senin (14/2/22) di Kecamatan Buyasuri, Kedang, Lembata.
Menanggapi hal ini, salah seorang pegiat budaya Kedang, Emanuel Ubuq memberi sebuah catatan kritis bagi Pemda Lembata yang akan menyelenggarakan kegiatan ini.
Dalam pesan WhatsApp yang diterima awak media, Kamis (10/2/22), ia menegaskan ritual Iu Uhe Bei Ara bukanlah sebuah ritual formalitas yang dilakukan tanpa kajian komprehensif. Salah satu bagian penting dari ritual ini mesti dikaji secara serius oleh yang berwenang karena bisa melahirkan konflik horisontal. Yang ia maksudkan yakni pembagian hak wutu’ ale. Menurutnya, pembagian hak ini mesti digali secara serius sebelum kegiatan tersebut dilakukan agar tidak dimanipulasi demi memuluskan kegiatan akbar ekplorasi budaya yang hingga kini masih menuai pro-kontra.
“Ritual ini kemudian dapat menjadi pemicu konflik jika dalam pembagian hak wutu’ ale, dilakukan tanpa kajian yang benar. Komunitas hari ini, bukan pribadi yang secara utuh menganut keyakinan edang wela. Banyak yang asal percaya saja. Pada kondisi inilah, ritual ini dapat dengan mudah dipleset untuk klaim-klaim penguasaan wilayah hidup,” ujar Emanuel Ubuq.
Eman Ubuq menambahkan bahwa ritual ini sesungguhnya lebih tepat jika dilakukan pada saat musim panen sebagai bentuk ucapan syukur kepada Wujud Tertinggi dan alam semesta. Karena itu, jika sebuah ritual sakral dilakukan pada momen yang tidak tepat, ia meragukan tujuan dibalik kegiatan tersebut.
Sementara itu, belum lama ini, saat bincang-bincang santai bersama molan (Imam adat) Leu Peu dari Aliuroba, ia menegaskan bahwa orang Kedang dan alam adalah saudara sehingga mesti dilakukan ritual sesuai keyakinan warga yang menghuni pulau Lembata bagian timur tersebut.
Lebih lanjut ia menegaskan, kalau manusia menjaga alam, maka alam juga akan menjaga manusia.
(Antonius Rian/Redaksi)