Mustaqfirin mengatakan bahwa kegiatan ini pertama kali diadakan oleh Dewan Pengatur Pembangunan PBB pada tahun 1989.
Kegiatan ini terinspirasi dari prediksi PBB pada tanggal 11 Juli 1987 yang menyatakan bahwa penduduk dunia diperkirakan telah mencapai 5 Miliar.
“Kegiatan Population Day pada dasarnya untuk menyadarkan bahwa apabila ledakan penduduk ini tidak terkendali, maka akan memberikan dampak terjadinya ketimpangan di bidang ekonomi, kesehatan, dan sosial. Saya kira pemerintah Indonesia telah merespons terhadap perkiraan jumlah penduduk dunia dari PBB tersebut dengan mengeluarkan Undang Undang Nomor 52 Tahun 2009, yang isinya berbicara tentang perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga,” jelas Mustaqfirin.
Dari Undang Undang ini keluarlah Perpres nomor 62 tahun 2010, yang berisi lebih mempertegas lagi kewenangan BKKBN yang luas dalam mengatur pembangunan keluarga dan masalah kependudukan, mulai dari penurunan angka kematian yang disebabkan oleh masalah kurang gizi, pengendalian kelahiran dan pengendalian dari pernikahan usia dini.
Pernikahan usia dini sering mengalami ketidakstabilan dalam membagun rumah tangga. Tidak bisa dipungkiri dalam membangun rumah tangga pasti terjadi riak riak kecil yang apabila ketidakdewasaan jiwanya tidak sempurna maka yang terjadi adalah ketidakharmonisan keluarga, saling menyalahkan dan masih tinggi sifat egoistisnya masing masing.
“Menurut hemat saya, usia pernikahan yang ideal adalah setelah usia 20 tahun, karena pada usia ini sudah dianggap cukup matang kejiwaannya walau belum sempurna,” ungkapnya.
Untuk kasus pembangunan keluarga dan masalah kependudukan di Indonesia khususnya kabupaten Fakfak, saya menghimbau dan mengajak kepada kita semua untuk merespon dan mendukung program dari BKKBN yaitu program unggulan NKKBS = Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera.
Program ini adalah suatu upaya mewujudkan keseimbangan antara kemampuan ekonomi dan jumlah keluarga yang menjadi tanggung jawabnya.
Jika program NKKBS ini bisa terialisir dan berhasil maka berarti kita akan mewariskan generasi yang kuat bukan generasi yang lemah baik lemah ekonomi, lemah fisik maupun lemah syaraf otak.
(Amatus Rahakbauw/Redaksi)