Rumah Berdaya Denpasar berada di bawah naungan Dinas Sosial Pemerintah Kota Denpasar yang bekerja sama dengan Komunitas Peduli Skizofrenia Indonesia (KPSI) Simpul Bali.
Di masa pandemi Covid-19, Rumah Berdaya tetap beroperasi. Kegiatan dan rutinitas yang dilaksanakan tidak jauh berbeda seperti sebelum terjadinya pandemi. Namun, jumlah ODS yang hadir dibatasi menjadi sekitar 10 orang perharinya.
Baca Juga: Tegukan Minuman Khas Bali Sambut Sarasehan DPC GMNI Denpasar
"Rumah Berdaya tetap buka seperti biasa, kami ada 6 staff di Rumah Berdaya, yang masuk itu gantian," kata Koordinator Rumah Berdaya Denpasar, I Nyoman Sudiasa, dihubungi INBISNIS, Minggu (4/4).
I Nyoman sudiasa yang akrab disapa Pak Man menuturkan, pada bulan juni-juli tahun 2020, jumlah ODS yang hadir sedikit sepi, namun saat ini telah mulai lebih ramai, namun tetap sesuai pada protokol kesehatan.
"Kalau dulu sepi, sekarang ini tetap buka senin sampai jumat, cuma yang datang ya beberapa teman-teman delapan sampai sepuluh orang saja, teman dengan skizofrenia yang datang," lanjut dia.
Baca Juga: DPC GMNI Denpasar Resmi Dilantik
Terkait proses penjemputan ODS, menurut Sudiasa, saat ini penjemputan tidak lagi menggunakan mobil dinas yang dimiliki Rumah Berdaya dan Dinas Sosial untuk menghindari kerumunan. Para ODS akan diantar langsung oleh keluarganya.
Koordinator Rumah Berdaya Denpasar, I Nyoman Sudiasa
"Kan ada mobil jemputan, satu dari Rumah Berdaya dan dua dibantu dari Bagian Umum Kantor Walikota. Satu mobil itu jemput teman-teman di daerah Denpasar Utara dan ada yang di daerah Denpasar Selatan. Jemputannya itu gak jalan karena sengaja distop agar tidak berkerumun ramai-ramai," sebutnya.
Meski pandemi, ODS tetap diajak untuk menyalurkan kreativitas dan bakat yang dimiliki, misalnya, melukis, membuat puisi, mencetak baju kaus, dupa dan lain-lain namun dengan jumlah produksi yang sedikit berkurang.
Baca Juga: Berikut Pernyataan Sikap Cipayung Plus Bali X Mahasiswa Terkait Bom Makassar
"Ya masih produksinya, cuma volumenya agak turun sedikit, namun tetap produktif, misalnya dupa, pemasarannya lancar kalau dupa, cuma yang lainnya agak sepi, seperti kaos, totebag, jasa cuci motor juga karena kita kendala di pemasaran", ucap dia.
Sementara itu, Sudiasa menyampaikan, kegiatan yang dihentikan sementara selama masa pandemi yaitu kegiatan Kopi Biji 'ngopi sambil bicara jiwa' yang biasanya dilakukan 2 minggu sekali.
"Kita dulu ada acara kopi biji, paling tidak dua minggu sekali setiap sabtu, kita ngopi sambil bicara jiwa, itu sebelum pandemi sudah ada tiga sampai empat kali berjalan, tetapi karena pandemi, kita tidak boleh berkumpul, jadi sama sekali tidak berlangsung," tuturnya.
Terlepas dari hal tersebut, nantinya Rumah Berdaya akan membuat sebuah kegiatan yang berkolaborasi dengan Jatijagat Kampung Puisi (JKP) yang merupakan komunitas sastrawan.
"Nanti jika diizinkan kantor Dinas Sosial, maunya kolaborasi seni, main musik, mereka membaca puisi, berteater dan nanti juga diselingi dengan obrolan-obrolan ringan tentang kesehatan jiwa, itu sih rencana kegiatannya, cuma masih cari waktu yang tepat. Kalau situasi memungkinkan, mungkin setelah galungan atau bulan mei," ujar Sudiasa.
(Wirawan)