Pembangunan Sarpras ini merupakan salah satu upaya peningkatan pelayanan dan keamanan wisatawan di Wilayah Taman Nasional Komodo, khususnya di Loh Buaya, Pulau Rinca.
Kepala Balai Taman Nasional Komodo, Lukita Awang saat ditemui inBISNIS pada Selasa (19/1). mengatakan bahwa pembangunan Sarpras wisata alam di Loh Buaya membutuhkan lahan seluas 1,3 Ha dari total lahan seluas 500 Ha yang merupakan lahan dari Zona Pemanfaatan di Wilayah TN khususnya yang ada di Pulau Rinca.
"Iya lahan yang digunakan untuk pembangunan itu ya sedikit sekali, cuman 1,3 Ha. Karena Balai TNK itu kerjanya pakai sistem Zonasi. Ada Zona-zona tertentu yang memang tidak boleh. Untuk pembangunan Sarpras ini dibangun di dalam zona pemanfaatan yang presentasinya cuman 1% dibanding zona inti dan zona khusus lainnya" papar Lukita Awang.
Di area pembangunan Sarpras ada sekitar 15 individu Komodo yang sering terlihat dari total 60 individu Komodo yang hidup di Loh Buaya di Pulau Rinca. Namun waktu muncul individu komodo ini tidak tentu karena individu komodo selalu bergerak dan tidak fokus di lokasi pembangunan ini saja sehingga tidak menganggu aktivitas dan ekosistem individu komodo.
Selain itu, Lukita menambahkan bahwa keselamatan satwa komodo di area pembangunan Sarpras wisata alam di Resort Loh Buaya merupakan hal yang diutamakan.
"Ada sekitar 15 individu komodo yang sering terlihat di sekitar lokasi pembangunan. Akan tetapi individu komodo tidak muncul dalam sekali waktu. Kadang yang terlihat hanya 5 atau 3 atau 1 atau bahkan tidak terlihat sama sekali. Tapi kita tetap meningkatkan penjagaan untuk hal ini supaya keselamatan para pekerja juga tetap aman" tutur Lukita.
Sementara untuk fasilitas penunjang yang akan dibangun di Resort Loh Buaya berupa dermaga, pusat informasi wisatawan, jalan jerambah, dan penginapan ranger serta naturalist guide. Fokus pembangunan ini juga untuk memberikan akses kepada wisatawan berkebutuhan khusus agar tetap dapat berwisata dengan aman dan nyaman.
Reporter: Dewi
Editor: Brina