Dijelaskan, kontribusi penerimaan pajak dari industri kelapa sawit sekitar Rp 14 triliun hingga Rp 20 triliun per tahun. Tercatat, rata-rata produksi sawit per tahun sebesar 37,57 juta MT. Sementara rata-rata nilai konsumsi produk per tahun sebesar Rp 33,59 triliun. Untuk rata-rata nilai ekspor per tahun sebesar US$21,4 miliar, atau rata-rata 14,19 persen per tahun dari total ekspor non migas.
Sunari melanjutkan, kelapa sawit merupakan komoditas minyak nabati dunia dengan tingkat produktivitas lahan paling baik dibandingkan minyak nabati lainnya. Karena itu, kelapa sawit menjadi pilihan paling sustainable dalam memenuhi kebutuhan minyak nabati dunia yang semakin bertumbuh.
"Setiap tahun demand dan pasokan minyak nabati global rata-rata tumbuh masing-masing di level 8,5 juta ton dan 8,2 juta ton. Sebagai komoditas yang paling produktif, minyak sawit berkontribusi rata-rata 42 persen dari total suplai minyak nabati dunia," ujar Sunari, dikutip wartaekonomi, Jumat (27/8).
Lebih lanjut Sunari menuturkan, dari komposisi perkebunan kelapa sawit Indonesia, hampir separuhnya adalah perkebunan petani swadaya. Pulau Sumatera dan Kalimantan memiliki luas lahan terbesar, termasuk wilayah timur Indonesia seperti Sulawesi, Maluku, dan Papua.
"Kehadiran mereka juga cukup nyata. Petani swadaya menguasai hampir separuh perkebunan kelapa sawit atau 41 persen dari total luas lahan perkebunan sawit sekitar 16,38 juta hektare," tandasnya.
(PTW/Redaksi)