Para petani telah berhasil memanen 15 ton umbi porang dengan harga perkilonya mencapai Rp 7.200.
Bupati Mojokerto, Ikfina Fahmawati didampingi Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Mojokerto, Teguh Gunarko meninjau panen raya umbi yang juga dikenal dengan nama iles-iles tersebut.
Saat itu, umbi porang melejit dengan harga di atas Rp 10 ribu per kilogram. Umbi porang bisa diolah menjadi bahan makanan Jepang seperti mie shirataki atau konnyaku serta pengental es krim. Buahnya bisa diolah jadi lem ramah lingkungan, bahan campuran untuk industri kertas, perekat, cat, kain katun, wol, pengkilap kain alami, pembersih air, bahan obat, hingga penghantar (isolator) listrik. Meski sangat menjanjikan, namun para petani memiliki kendala. Salah satunya infrastruktur dari pemukiman ke gunung, untuk kemudahan mobilitas.
Namun kabar baiknya, keuntungan penjualan porang tidak banyak susut meski dipotong dengan biaya ongkos ojek. Hal tersebut disebabkan permintaan pasar untuk umbi porang, dilaporkan cukup besar dan bernilai ekspor tinggi.
“Porang telah membantu perekonomian warga. Porang bukan tanaman pokok tapi sangat istimewa. Dia bisa ditanam dimana-dimana. Keberadaannya pun tidak mengganggu tanaman lain. Alhamdulillah penghasilan kami meningkat sejak menanam porang,” ungkap Ketua Kelompok Tani, Samsul Huda, dikutip dari beritajatim.com, Sabtu (28/8).
Sementara itu, Bupati Mojokerto, Ikfina Fahmawati menyatakan, untuk mendukung penuh, usaha pertanian umbi porang di Kabupaten Mojokerto. Menurutnya Kabupaten Mojokerto memiliki peluang besar menghasilkan porang yang berkualitas karena didukung letak geografis dan cuaca mendukung.
“Secara geografis, daerah kita bagus. Lahan dan cuaca juga mendukung untuk bertani porang. Bahkan, dibandingkan dengan daerah lain yang juga bertanam porang. Peluang kita sangat besar, apalagi kalau sudah dipadu ilmu pengetahuan dan teknologi,” terangnya.
(PTW/Redaksi)