Nur Kholis yang merupakan salah satu petani porang di Desa Banjarsari Wetan, Kecamatan Dagangan, menyebut harga panen umbi porang hanya berkisar Rp 6.500 hingga Rp 7.000 per kilogram.
"Harga panen umbi porang sebelumnya mencapai Rp10.000 per kilogram," ujarnya.
Karena hal tersebut, para petani termasuk Kholis menyiasatinya dengan beralih menjual porang dalam bentuk chips atau kering ke pengepul. Harga chips porang ini lebih stabil dan mahal, yakni berada di angka Rp 40.000 hingga Rp 55.000 per kilogram. Petani tinggal mengiris tipis-tipis berukuran sekitar 1 sentimeter dengan alat khusus.
Untuk mendapatkan chips yang diinginkan pengepul, irisan porang tersebut dijemur selama beberapa hari hingga kering dan kadar air menyusut.
Kholis mengungkapkan, untuk menekan biaya produksi, dirinya memilih untuk menggunakan bibit spora dibandingkan dari katak (bulbil) ataupun umbi.
"Memang proses tanam agak lama dibandingkan dengan menanam porang dari benih katak ataupun umbi. Namun, dari segi harga lebih hemat. Terlebih di saat harga umbi porang panen sedang anjlok," ungkapnya.
Sebagai perbandingan, harga satu kilogram bibit hasil spora yakni Rp 650 ribu dengan bibit porang yang dihasilkan sekitar 6.500 biji.
Sedangkan bibit katak harganya Rp 150 ribu sampai Rp 300 ribu per kilogramnya. Ini menghasilkan sekitar 200 katak ukuran sedang.
Sementara harga bibit porang dari umbi berkisar antara Rp 25 ribu hingga Rp 35 ribu per kilogram dengan isi sekitar empat sampai lima umbi.
Kholis berharap harga porang tidak terus-terusan anjlok atau berada di harga terendah, di bawah biaya produksi.
Sumber : Antara
(PTW/Redaksi)