Hasil kolaborasi ini diharapkan dapat membantu membangun semangat berkelanjutan dan ramah lingkungan bagi masyarakat Indonesia.
"Inspirasi awalnya itu karena kami melihat banyak bahan di sekitar kita tuh terbuang sia-sia aja. Padahal kalau di daur ulang dengan baik kita bisa jadiin hal yang lebih bermanfaat," terang Hamzah Dwi Putra, salah satu pendiri Sage Footwear dalam acara virtual press conference Sage Footwear X Janji Jiwa pada Kamis (26/8).
Hamzah menjelaskan bahwa sepatu tersebut terbuat dari serat katun yang didaur ulang dari sisa-sisa garmen. Dan untuk pewarnaannya, digunakan ampas dari biji kopi untuk menghasilkan warna coklat pada sepatu.
"Kain yang tadinya warna putih, yang merupakan recycled cotton tadi kita celup dengan ampas kopi Janji Jiwa," terang Hamzah.
Ampas kopi yang digunakan untuk mewarnai sepatu pun sebelumnya direbus terlebih dahulu. Dan untuk proses mencelupkan kain nya pun tidak mudah, karena harus dilakukan secara perlahan dan berulang kali. Hanya untuk mempersiapkan material dari sepatunya, dibutuhkan waktu sekitar 1 bulan.
"Kendalanya itu kan karena kita ngeringinnya nggak pakai oven. Cuma benar-benar ngandalin matahari aja, jadi proses yang paling ganggu dan bahayanya itu gimana kalau pas cuaca lagi nggak panas. Kita harus bisa gimana caranya harus kering nih," terang Hamzah.
Untuk daya tahan sendiri diakui Hamzah memang tidak seperti jika menggunakan pewarnaan sintetis. Sepatu dengan pewarna sintetis biasanya warnanya akan lebih terang, sedangkan sepatu dengan pewarna dari ampas kopi ini warnanya lebih lembut dan lama-kelamaan akan memudar menjadi lebih alami. Namun teknik pewarnaan tersebut tidak mempengaruhi ketahanan dari sepatu itu sendiri.
Agar sepatu dengan pewarna dari ampas kopi ini bisa lebih awet, Hamzah menyarankan untuk tidak mencucinya menggunakan deterjen. Cukup dengan menggunakan air atau produk-produk khusus untuk membersihkan sepatu saja.
Sepatu ini dibanderol dengan harga Rp 389 ribu per pasangnya dengan variasi ukuran mulai 37 hingga 45.
(PTW/Redaksi)
