Guna mengatasi hama, petani asal Lampung Selatan telah menggunakan berbagai cara untuk meminimalisir kerugian akibat serangan hama tersebut.
Sutisno, petani di Desa Pasuruan, Kecamatan Penengahan, Lampung Selatan mengungkapkan, pengendalian hama harus dilakukan dengan memanfaatkan cara tradisional dan sintetis, hama diminimalisir agar produksi padi stabil.
Ia menyebut, saat padi memasuki masa berbulir atau meratak, beragam hama muncul. Hama yang mengganggu diantaranya tikus, ulat daun, wereng, klaper dan burung pipit. Semua hama tersebut dapat membuat tanaman padi rusak pada bagian akar, batang, daun dan bulir. Pengendalian dilakukan dengan metode pengamatan tiap petak, agar hama bisa diambil, lalu dimusnahkan.
Cara pengendalian dengan racun kontak atau bahan kimia sintetis, sebut Sutrisno memakai insektisida. Berbagai pengendalian hama bertujuan mengurangi populasi pada hamparan sawah. Menanam padi varietas Ciherang, ia menyebut saat masa tanam ketiga, hama masih bisa dikendalikan. Meski populasi tetap muncul, ia tetap berkonsultasi dengan petugas penyuluh lapangan (PPL) pertanian.
“Saya kerap konsultasi cara pengendalian hama terpadu agar hasilnya maksimal, menghemat biaya serta produksi padi bisa maksimal saat panen, meski sebagian tanaman padi tidak bisa terhindarkan dari hama,” terang Sutrisno, dilansir dari Cendana News, Senin (13/9).
Sutrisno juga menyampaikan tetap menerapkan teknik tradisional. Pengamatan langsung pada tanaman padi dan pemilihan tepat waktu penyemprotan hama menjadi solusi.
Ia menyebut, siklus populasi hama bisa dikendalikan menyesuaikan masa hidupnya. Secara tradisional, ia melakukan penyemprotan hama wereng, ulat daun, klaper sebelum tanggal 10 kalender bulan.
Cara lain, menerapkan insektisida harus memperhatikan waktu. Penyemprotan memakai racun kontak dilakukan sebelum pukul 09.00 pagi. Sebab, waktu tersebut bulir dan bunga padi belum mekar, sehingga racun kontak tidak mengganggu pertumbuhan padi. Saat penyemprotan dilakukan di atas jam 09.00 pagi, bunga padi akan mekar dan imbasnya bulir berpotensi terkena semprotan insektisida.
(PTW/Redaksi)