Indramayu dikenal sebagai salah satu lumbung padi Indonesia. Uji coba penggunaan drone di areal persawahan tersebut dilakukan oleh pemerintah Kecamatan Krangkeng bersama Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) setempat di areal persawahan Desa Srengseng, Kecamatan Krangkeng, Indramayu, Kamis (16/9).
Drone yang digunakan untuk menyemprot hama tidak seperti drone yang biasa digunakan oleh fotografer. Namun, drone ini berukuran besar sehingga mampu mengangkat cairan untuk disemprotkan.
Camat Krangkeng, Ali Alamudin mengatakan, penggunaan drone sangat tepat karena menghemat waktu sehingga mengurangi beban petani.
"Waktu penyemprotan bisa lebih cepat dan lebih merata," ujar Ali.
Ia menjelaskan, jika dilakukan secara manual, penyemprotan membutuhkan waktu hingga satu hari. Sedangkan dengan drone, hanya membutuhkan waktu 20 menit untuk melakukan penyemprotan di tanah seluas satu hektare.
Namun, ia menuturkan, penggunaan drone bukan bertujuan untuk menghilangkan tenaga buruh tani. Menurutnya, penggunaan drone dapat menjadi antisipasi saat petani kesulitan mencari buruh tani.
Sementara itu, Business Development PT Malindo, Puguh Wahyudi, menerangkan, penggunaan drone untuk melakukan penyemprotan tanaman padi memiliki banyak keuntungan. Salah satunya, ketepatan dosis pestisida yang akan disemprotkan maupun volume spray-nya.
“Untuk penyemprotan lahan seluas satu hektare, hanya butuh waktu 20 menit atau dua kali drone terbang,” kata Puguh.
Puguh menyebutkan, untuk menggunakan jasa drone tersebut, petani tinggal membuka aplikasi drone spray pada handphone. Sedangkan jasa untuk penggunaan drone itu mencapai Rp 250 ribu per hektare.
(PTW/Redaksi)