Baca Juga: Pengakuan Mantan Teroris: Banyak yang Rebutan Jadi Bom Pengantin
Dirinya menyebut, tidak butuh waktu lama bagi seseorang untuk menjadi seorang teroris, kadang hanya diperlukan waktu 2 jam saja.
"Tidak lama meyakinkan orang, bisa memprovokasi sampai siap bunuh diri itu 2 jam. Tapi sampai sekarang saya belum merekrut terus suruh bunuh diri dan Insya Allah gak akan. Jangan diartikan ini seperti bujuk anak pakai permen. Orang yang ikut ke jaringan ini mayoritas sudah punya basic. Mayoritas dari pesantren karena punya basic jihad, tinggal dipoles, ujar Ali Imron dalam kanal youtube KompasTV (15/9/2019).
Pernyataan yang dilontarkan Ali Imron tersebut sontak menarik perhatian publik sejak saat itu. Terlebih beberapa hari belakangan, di mana telah terjadi pengeboman di depan Gereja Katedral Makassar dan penyerangan di Mabes Polri, Jakarta.
Baca Juga: Antisipasi Pergerakan Teroris, Dandim Badung Himbau Tetap Waspada
Ali Imron mulanya berbicara terkait angin segar bagi kelompok radikal saat masyarakat menyalahkan kepolisian yang dianggap tidak profesional. Padahal, menurut Ali, untuk memerangi radikalisme yang ada pada otak teroris, dibutuhkan kerja sama antar elemen masyarakat.
Menurutnya, cara untuk mengetahui fakta di balik pemikiran radikalisme adalah pengedukasian kepada masyarakat sekaligus melakukan upaya pencegahan.
Baca Juga: Penyiaran Sebagai Pendorong Kebangkitan Ekonomi Pasca Pandemi
Dalam tayangan tersebut, Ali Imron juga menyampaikan ciri utama terorisme adalah memiliki pola pikir yang tidak menyukai pemerintahan yang tak berdasarkan syariat Islam.
"Kalau namanya teroris, bisa berpenampilan ganti-ganti, yang signifikan membedakan itu ketidaksukaan terhadap penguasa yang tidak memberlakukan syariat Islam menyeluruh. Yang kedua, pemikiran tentang jihad dalam arti perang yang tidak bisa disembunyikan," ungkapnya.
(Koko/Red*)