Sebab menurut mantan Kepala Puskesmas Hewokloang ini, pihaknya terus memantau dan memonitoring semua anak yang mengalami kekurangan gizi selama satu bulan penuh.
"Puji Tuhan hasilnya sangat fantastis, karena dari 30 sasaran bayi gizi buruk setelah dilakukan evaluasi langsung loncat ke gizi baik, kemudian gizi kurang pun demikian. Karena kita sudah punya pilot project di Wairkoja, sehingga bisa diterapkan kembali di Desa Ian Tena ini," terangnya.
Theresia merasa sangat optimis akan keberhasilan program ini di Desa Ian Tena nantinya. Apalagi didukung oleh Solideo Farm, yang menjadi mitra Desa Ian Tena untuk mendistribusikan daging dan telur ayam kampung.
"Nanti kita lihat progresnya dengan kualitas produk Solideo Farm, karena memang telor ayam kampung sangat efektif untuk para penderita stunting dan gizi buruk," katanya.
Menurut Theresia, nama Pang Gizi merupakan sebuah model pelayanan PMT yang terintegrasi bagi anak-anak penderita stunting, gizi buruk, gizi kurang serta Ibu hamil kurang energi kronik (Bumil Kek).
Yang mana, empat sasaran ini, dipadukan dalam satu kegiatan dan PMT tersebut harus dilakukan setiap hari tanpa putus, sesuai dengan standar pola yang ada.
"Model ini setiap orang tua harus antar anaknya setiap hari datang dan makan ditempat, bukan ambil di Posyandu dan bawah pulang untuk makan di rumah. Jadi butuh waktu dan kesabaran dari ibu-ibu, karena harus setiap hari harus datang antar anaknya makan di Posyandu," ujarnya.
"Didalam Pang Gizi juga harus ada permainan anak-anak yang disiapkan. Karena PMT saja tanpa stimulasi maka Deteksi Dini Tumbuh Kembang (DDTK), tidak mungkin berhasil, sehingga harus dipantau secara terus-menerus," ungkapnya.
(Yeremias Yosef Sere/SBN)