Emi (44) adalah salah satu dari pebisnis cemilan tradisional ini. Ia mulai bergerak dalam dunia bisnis kurang lebih 10 tahun lalu.
Awalnya perjalanan bisnisnya, ia bukan menjual kue rambut, melainkan roti yang ia jual di sekolah-sekolah. Ia sempat berhenti berjualan di tahun 2003 setelah kelahiran anak keduanya. Setahun setelahnya barulah ia membuat kue tradisional ini.
"Sampai 2010, 2011 akhirnya saya bilang e daripada kita buat roti ada baiknya kue-kue tradisional ni kita kembangkan saja," jelas Emi saat ditemui di kediamannya, Jumat (23/10).
Berbeda dari kue rambut biasanya, yang menjadi pembeda adalah gula yang dicampur dengan bahan-bahan dasar pembuatan kue ini menggunakan gula aren, sehingga meskipun disimpan 2-3 bulan rasanya tetap gurih dan renyah.
Ilustrasi kue rambut
Setiap hari Emi bisa membuat sekitar 500 biji kue rambut. Satu biji dijual seharga Rp 1.000. Biasanya kue ini ia titipkan di kios-kios, toko kue, juga di rumah ole-ole Larantuka. Selain dititipkan, pembeli bisa memesan langsung padanya. Tidak hanya dari Larantuka namun berbagai kota lain bahkan seluruh Indonesia dan mancanegara memesan kue rambut buatannya.
"Kalau satu hari datang mujur paling tinggi 500 per hari, kalau paling rendah 50. Pokoknya setiap hari pasti ada" ujar Emi.
Sekitar kurang lebih 4 tahun lalu Emi pernah diminta untuk memamerkan kue buatannya mulai dari proses pembuatan sampai pengemasan di Taman Kota.
Bahan bahan yang dibutuhkan untuk membuat kue rambut pun sederhana seperti santan, tepung terigu, gula air, minyak.
Selain, kue rambut Emi juga menjual kue tradisional lainnya seperti kue cucur dan kembang goyang.
Tertarik untuk mencobanya? Sekali gigit kamu akan sulit untuk berhenti. Kalau jalan-jalan ke Larantuka jangan lupa membawa pulang cemilan yang satu ini ya. Kamu bisa mendapatkan di toko oleh-oleh Larantuka.
(Avilla Riwu/Redaksi)