Sekolah dasar ini berdiri sejak bulan Februari tahun 1925, ini merupakan salah satu Sekolah Dasar Tertua di Manggarai timur. Banyak orang dari luar wilaya yang menyebut kalau sekolah ini berada di atas Awan.
Hal tersebut dikarenakan kondisi geografis di wilaya tersebut merupakan Bukit-bukit ekstrim, dan bahkan pada pukul 09 pagi sampai sore hari Desa ini sudah diselimuti oleh Awan. Namun,meski pun demikian bukan berarti penghalang bagi masyarakat setempat untuk beraktifitas.
Diakui, sebelum pandemi covid 19, sistem pembelajaran di sekolah SDK Lengor sangat efektif, dan hubungan antara guru dan peserta didik sangat begitu baik. Atas kerja keras dan manajemen yang baik itulah, sekolah SDK Lengor pun akhirnya meraih beberapa penghargaan sebelum pandemi covid 19.
Saat ini SDK Neko Lengor, sedang mengadakan ujian akhir semester. Ujian di tengah Pandemi covid 19, tentunya sangat bergantung pada jaringan internet dan juga handphone android.
Ada julukan bahwa guru menjadi teladan, semuanya mencerminkan para guru yang berada di lembaga SDK Neko Lengor, mereka rela memberikan handphonenya kepada peserta didik yang tidak memiliki agar semua bisa mengikut serta dalam ujian.
Hal yang sangat menginspirasi juga Kepala Sekolah beserta para guru bersama-sama membimbing para peserta didiknya untuk pergi mencari jaringan internet melewati kebun warga. Hal ini merupakan pekerjaan wajib mereka selama kegiatan ujian. Ditengah keterbatasana jaringan internet anak-anak pun manfatkan kebun warga yang diakui jaringan internetnya sangat bagus untuk melaksanakan ujian.
"Jaringan internet dekat sekolah sangat tidak stabil, sehingga kami mengarahkan anak-anak untuk mencari jaringan agak ke gunung dengan para guru tentunya. Karena kami harus mengawasi mereka saat mengerjakan soal ujian". Tutur Yustina Ndelo, salah satu guru di SDK Neko Lengor.
Kami adalah anak-anak dari pelosok timur Indonesia walaupun sebagian harus meminjam handphone dari para guru-guru kami, namun kami kaya akan pengalaman. Pengalaman untuk tetap bersabar dalam kondisi apapun dan sesulit apapun. Kami tetap anak Indonesia, Anak Bangsa Indonesia, Anak Bhineka Tunggal Ika yang tetap memperjuangkan untuk melawan kemiskinan Negara, Kemiskinan Kabupaten Kami dan juga Kemiskinan sarana untuk memasuki Era Digital kami. Kami tetap berjuang untuk belajar dan terus belajar demi masa depan kami, masa depan orang tua dan masa depan Bangsa kami. Kami Cinta Indonesia. tutupnya
(Flaviana Righamon/Redaksi)